Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Kedelai Melonjak, Tahu-Tempe Sumbang Inflasi di Oktober

Harga Kedelai Melonjak, Tahu-Tempe Sumbang Inflasi di Oktober Pekerja tengah membuat tahu di pabrik Rumahan di Jakarta Timur, Sabtu (9/1/2020). Hasil survei pemantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) Bank Indonesia (BI) pekan pertama bulan ini mencatat potensi kenaikan harga alias inflasi sebesar 0,38 persen secara bulanan pada Januari 2021. | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks harga konsumen (IHK) sepanjang bulan lalu turun atau mengalami deflasi sebesar 0,11%. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengungkapkan deflasi utamanya disebabkan oleh deflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

Baca Juga: Harga Beras Naik, Pemerintah Bisa Pertimbangkan Relaksasi Kuota Impor

Sedangkan kelompok transportasi masih mengalami inflasi. Setianto mengatakan komponen bahan makanan yang diisi oleh barang pangan, seperti cabai merah, telur ayam ras, dan cabai rawit penyebab utama deflasi Oktober.

“Harga cabai merah, daging ayam ras, dan cabai rawit mengalami deflasi dua bulan berturut-turut,” Kata Setianto. Namun demikian kata dia kenaikan harga pangan bukannya tak terjadi.

BPS mencatat komoditi beras, tempe dan tahu menyumbang inflasi di Oktober. "Tahu dan tempe menyumbang inflasi. Di tengah menurunnya harga dan beberapa komoditas pangan," tegasnya. Setianto mengungkapkan khusus tahu dan tempe kenaikan harga  terjadi karena harga kedelai yang terus mengalami kenaikan.

Pada awal Januari 2022 harga kedelai mencapai US$ 606 per ton.
Kemudian per September 2022 tercatat US$ 664 per ton. "Hal ini yang menyebabkan naiknya harga tahu dan tempe,"pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Bagikan Artikel: