Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Perempuan lanjut usia terus memberikan kontribusi yang berarti bagi kehidupan politik, sipil, ekonomi, sosial, dan budaya. Namun, kontribusi dan pengalaman mereka sebagian besar kurang terlihat dan diabaikan, dibatasi oleh hal-hal yang kurang menguntungkan terkait isu gender yang terakumulasi sepanjang siklus hidup.
Hal tersebut disampaikan oleh Asisten Deputi Pemberdayaan Disabilitas dan Lanjut Usia Kemenko PMK Ricky Radius Siregar pada Seminar Hari Lanjut Usia Internasional (HLUIN) 2022, di Kantor Kemenko PMK, Rabu (2/11/2022)
Baca Juga: Menko PMK Buka R20, Forum Agama Terbesar Dunia yang Digelar di Indonesia
"Oleh karena itu, ketahanan perempuan lanjut usia dalam menghadapi ketidaksetaraan sepanjang hayat di lingkungan sosial dan ekonomi harus menjadi pembelajaran kita," kata Ricky dalam keterangan pers, Kamis (3/11/2022).
Lanjutnya, pada RPJMN 2020-2024, pemerintah telah menyusun strategi guna mengantisipasi kondisi Indonesia yang telah memasuki ageing population. Wujud antisipasinya antara lain dengan penyiapan terkait kelanjutusiaan pada berbagai aspek untuk menciptakan penduduk lansia yang sehat dan produktif, melalui Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan.
"Pemerintah menargetkan pada tahun 2024 telah ada sistem perawatan jangka panjang yang terintegrasi untuk lansia," jelas Ricky.
Sebagai gambaran, populasi dunia saat ini berada pada era penduduk menua (ageing population). Terdapat 727 juta orang berusia 65 tahun ke atas pada tahun 2020 (UN 2022). Jumlah tersebut diproyeksikan akan berlipat ganda menjadi 1,5 miliar di tahun 2050.
Selama lima puluh tahun terakhir persentase penduduk lansia di Indonesia meningkat dari 4,5% pada tahun 1971 menjadi sekitar 10,7% pada tahun 2020. Angka tersebut diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 19.9% pada tahun 2045. Fenomena ini bisa menjadi bonus demografi kedua. Bonus demografi kedua dideskripsikan sebagai keadaan suatu negara atau wilayah ketika proporsi dari penduduk yang berusia tua semakin banyak.
"Namun, mereka yang dikategorikan penduduk usia lanjut ini masih produktif dan masih memberikan sumbangan bagi perekonomian negara," tambahnya.
Menurut Ricky, perempuan lanjut usia yang tangguh dan memiliki kontribusi harus menjadi perhatian bersama, sejalan dengan nilai utama Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), yakni, integritas, etos kerja, dan gotong royong.
"Tantangan ke depan tentu tidak mudah terutama dalam mempersiapkan agar para lansia tidak menjadi beban, tetapi harus menjadi potensi," tuturnya.
Oleh karena itu, segala bentuk kebijakan dibuat untuk mengantisipasi sedini mungkin agar para lansia tetap sehat, mandiri, dan produktif di usia senja mereka. "Dalam rangka mengubah paradigma penuaan penduduk dari beban menjadi potensi telah berkembang beberapa konsep antara lain 'Penuaan Sukses (succesful ageing)' dan 'Penuaan Aktif’ (active ageing)'," ungkap Ricky.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Puri Mei Setyaningrum