Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hadapi Resesi, Indonesia Lebih Tangguh dari Negara Berkembang Lainnya

Hadapi Resesi, Indonesia Lebih Tangguh dari Negara Berkembang Lainnya Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Para pakar dan analis telah memperingatkan soal kemungkinan resesi yang diperkirakan terjadi di tahun 2023. Inflasi yang tengah terjadi mempengaruhi banyak orang dalam skala global akibat berbagai faktor sosial ekonomi, khususnya konflik Rusia-Ukraina dan gangguan rantai pasok. 

Di tingkat global, perekonomian diperkirakan akan menghadapi penurunan untuk dua kuartal pertama di tahun mendatang. Namun, ada sisi positif dari kondisi ini, karena resesi diperkirakan akan lebih landai untuk hampir di setiap level perekonomian jika dibandingkan dengan resesi sebelumnya yang tercatat dalam sejarah.

Presiden ICAEW Julia Penny mengatakan, perekonomian global menghadapi tantangan baru, sebagian disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina, tetapi juga ada perubahan dalam lanskap ekonomi, sosial dan politik yang lebih luas. Baca Juga: Jalankan Roda Ekonomi, Menparekraf Sandiaga Uno Kampanyekan ‘Bangga Berwisata di Indonesia Saja'

"Di saat aktivitas ekonomi meningkat dengan banyaknya bisnis yang menyesuaikan diri dengan cara kerja baru dan mendapatkan keuntungan dari permintaan pelanggan yang sempat terhambat, maka sekarang kita dapat melihat bahwa biaya energi dan biaya input yang melonjak, inflasi yang tinggi dan kepercayaan konsumen yang lemah diprediksi akan mengarah pada resesi global," ungkapnya saat gelaran ICAEW Economic Insight Forum Q4 2022, baru-baru ini.

Meskipun ada indikasi yang jelas bahwa resesi akan terjadi, namun khusus kawasan Asia, termasuk Indonesia, diperkirakan akan tetap kuat di tengah-tengah prospek yang kurang paik. Hal ini salah satunya didukung oleh tetap kuatnya produksi manufaktur dan konsumsi domestik.

Perekonomian negara-negara maju (misalnya Singapura, Korea, Selandia Baru, Australia, dan Taiwan) mengalami penurunan produksi manufaktur, sementara perekonomian negara-negara berkembang (misalnya China, Indonesia, dan Thailand) menunjukkan situasi yang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.

"Hal ini sebagian disebabkan oleh penundaan pembukaan perbatasan wilayah yang berkontribusi pada peningkatan pesanan dalam negeri, yang mengarah ke peningkatan permintaan di atas rata-rata. Namun, hal ini kemungkinan tidak akan bertahan lama mengingat penerapan pembatasan yang dilonggarkan dan pembukaan kembali perbatasan wilayah. Secara garis besar, penurunan produksi manufaktur di negara-negara maju pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan produksi Asia," jelasnya.

Sementara itu, Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan PDB di tahun 2023 sebesar 3,6 persen. Walaupun kini pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,72 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal III 2022, tetapi kedepannya dengan situasi global dan juga ancaman terjadinya resesi, maka Indonesia diprediksi akan mengalami penurunan pada kinerja perekonomian nasional.

Akan tetapi situasi ini akan perlahan membaik dengan proyeksi bertambahnya permintaan masyarakat Indonesia terhadap hasil produksi manufakturing dalam negeri. Baca Juga: Ekonomi Dunia Sedang Tidak Baik-baik Saja, Begini Perkiraan Market 2023 dari Para Pelaku Pasar

"Meningkatnya permintaan domestik Indonesia ini diperkirakan mampu memberikan kontribusi sebesar 6 persen terhadap pertumbuhan PDB Indonesia di tahun 2023. Hal ini dapat menjadi penghalau dalam menekan ancaman resesi yang akan datang," tambahnya. 

Di sisi lain strategi plus one China, yang melibatkan diversifikasi investasi bisnis dan ekosistem rantai pasok, telah terbukti penting bagi pertumbuhan ekonomi ASEAN. Jika diposisikan dengan baik dalam diversifikasi ekonomi, seperti contohnya di Malaysia, kini berada di posisi yang tepat untuk menerapkan sistem rantai pasok bernilai menengah hingga tinggi, sementara Indonesia juga ingin mengejar ketinggalan secara agresif. Selain itu, negara-negara seperti Vietnam tetap menjadi sumber terpenting dari manufaktur dan produksi padat karya. 

"Dengan kondisi ini, ASEAN diperkirakan masih akan dapat mengalami pertumbuhan yang menjanjikan di tahun-tahun mendatang," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: