Miliarder Jamie Dimon Peringatkan Krisis Berkepanjangan: Kita Semua Harus Bersiap
Eropa mungkin terhindar dari krisis energi ekstrem tahun ini, tetapi miliarder dan CEO JPMogran Chase, Jamie Dimon memperingatkan agar Eropa dan kita semua bersiap menghadapi krisis yang berkepanjangan.
Invasi Rusia ke Ukraina pada bulan Februari memicu ketidakpastian ekonomi karena perusahaan energi Rusia mulai membatasi aliran gas alam ke Eropa.
Ketakutan terburuknya adalah bahwa orang Eropa akan membeku di rumah mereka, bahkan industri akan terhenti. Namun, ketakutan itu telah mereda karena penyimpanan gas Eropa hampir penuh dan berjanji untuk memenuhi permintaan musim dingin ini.
"Bahaya perang ini luar biasa," kata Dimon kepada CBS's Face the Nation dalam sebuah wawancara yang disiarkan hari Minggu. "Masalah minyak dan gas ini, sepertinya orang Eropa akan melewatinya musim dingin ini. Tapi masalah minyak dan gas ini akan berlangsung selama bertahun-tahun."
Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Henry Samueli, Profesor Miliarder Pendiri Chip Broadcom
Dimon mengatakan perang Ukraina bisa berlangsung bertahun-tahun, dan sementara itu keamanan energi Eropa akan terancam.
"Jika saya berada di pemerintahan atau di mana pun, saya akan berkata, 'Saya harus bersiap untuk menjadi jauh lebih buruk.' Saya harap tidak. Tapi saya pasti akan mempersiapkannya jika hal menjadi jauh lebih buruk," katanya.
Melansir Fortune di Jakarta, Selasa (13/12/22) Eropa telah mampu meluncur melewati krisis energi terburuk sejauh musim dingin ini, meskipun bulan-bulan terburuk mungkin masih ada di depan. Musim panas dan permintaan energi tertinggi cenderung terjadi sekitar bulan Januari dan Februari, sementara hawa dingin bulan Desember telah menurunkan suhu di seluruh benua bulan ini.
Pejabat Eropa mengandalkan persediaan gas alam yang melimpah yang disimpan di situs bawah tanah untuk melewati musim dingin, tetapi para ahli khawatir bahwa krisis energi terburuk akan terjadi tahun depan, ketika pasokan gas alam Rusia akan semakin terbatas dan Eropa mungkin harus bersaing dengan meningkatnya persaingan dari pembeli lain, termasuk China, di mana pencabutan tindakan COVID-19 baru-baru ini dapat meningkatkan permintaan energi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: