Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prediksi Bos JPMorgan Dibantah Keras: Penurunan Curam Tidak Mungkin Terjadi, Karena...

Prediksi Bos JPMorgan Dibantah Keras: Penurunan Curam Tidak Mungkin Terjadi, Karena... Kredit Foto: Reuters/MIke Blake
Warta Ekonomi, Jakarta -

Prediksi CEO JPMorgan, Jamie Dimon bahwa saham bisa anjlok 20% dianggap terlalu agresif oleh Peter Oppenheimer dari Goldman Sach. Meski demikian, investor masih harus bersiap menghadapi lebih banyak penurunan sampai suku bunga mencapai puncaknya.

Pada hari Senin, CEO JPMorgan memperkirakan resesi kemungkinan akan melanda AS dalam enam hingga sembilan bulan ke depan sehingga dapat mengirim saham jatuh hingga 20%.

Melansir Market Insider di Jakarta, Selasa (18/10/22) pandangan suram itu telah digaungkan oleh suara-suara lain di Wall Street, tetapi penurunan yang curam tidak mungkin terjadi, menurut Peter Oppenheimer karena kondisi keuangan tetap kuat.

"Tidak, saya tidak berpikir skala kemungkinan penurunan dari sini akan begitu signifikan," katanya tentang prediksi Dimon dalam wawancara di CNBC.

Baca Juga: Elon Musk Banjir Pujian dari CEO JPMorgan: Dia Sangat Cerdas

Menurut Oppenheimer, jika krisis di masa lalu disebabkan oleh sektor swasta yang lemah, terutama di bank, maka saat ini tidak demikian. Ia menegaskan bahwa AS telah memiliki keseimbangan sektor swasta yang kuat.

Namun, kerentanan pasar keuangan telah menjadi perhatian yang berkembang. Ekonom terkemuka Mohamed El-Erian menunjukkan tanda-tanda disfungsi obligasi AS yang telah diguncang oleh pengurangan neraca Fed. Hal itu dapat dengan mudah menyebar ke pasar keuangan lain mengingat dampak luas dari Treasurys AS. Ia pun memperingatkan investor tentang volatilitas yang meresahkan.

Menteri Keuangan Janet Yellen juga mengungkapkan kekhawatiran atas hilangnya likuiditas di pasar obligasi AS. Tapi dia yakin ekonomi AS berjalan sangat baik, karena saldo rumah tangga yang kuat dan utang perusahaan tetap pada tingkat yang dapat dikelola.

Sementara itu, Oppenheimer dari Goldman berpikir pasar bearish sebagian besar telah berakhir. Biasanya, saham global turun sekitar 30% selama siklus pasar bearish, dan sejauh ini sebagian besar indeks telah turun 25% karena bank sentral menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi.

S&P 500 telah turun sebesar itu sejak awal tahun ini, sehingga menunjukkan sebagian besar aksi jual untuk saham AS telah berlalu.

"Melihat kembali ke masa lalu, tidak sampai inflasi dan suku bunga memuncak, ekuitas cenderung turun di pasar bearish," kata Oppenheimer. Ia memperingatkan investor untuk bersiap menghadapi penurunan lebih lanjut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: