Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Amien Rais Koar-koar 'Kekuatan Besar' di Balik Tak Lolosnya Partai Ummat, Sindiran Jokowi Alus: Paling Enak Emang Kambing Hitamkan Istana

Amien Rais Koar-koar 'Kekuatan Besar' di Balik Tak Lolosnya Partai Ummat, Sindiran Jokowi Alus: Paling Enak Emang Kambing Hitamkan Istana Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut bahwa mengambinghitamkan Istana merupakan perkara paling enak untuk dilakukan. Hal tersebut disampaikan Jokowi merespons tudingan Istana ikut bermain sehingga ada partai yang dinyatakan tidak memenuhi syarat menjadi peserta Pemilu 2024.

"Paling enak itu memang mengambinghitamkan, menuduh Presiden, Istana, Jokowi, paling enak itu. Paling mudah dan paling enak," ujar Jokowi saat memberi sambutan pada perayaan Hari Ulang Tahun Ke-16 Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) di Jakarta, Rabu (21/12).

Baca Juga: Jelang Pilpres 2024, Presiden Jokowi Minta Suasana Politik Indonesia ‘Adem Ayem’

Presiden menegaskan, urusan lolos dan tidaknya peserta Pemilu 2024 merupakan tanggung jawab KPU. Namun, menjadi repot karena ada pihak yang menyeret-nyeret Istana di balik keputusan KPU.

"Itu kan sebetulnya urusannya KPU, tetapi yang dituduh-tuduh karena tidak lolos langsung tunjuk-tunjuk, itu Istana ikut campur, kekuatan besar ikut campur, kekuatan besar intervensi," katanya.

"Saya itu enggak mengerti apa-apa masalah ini. Ini kan total 100 persen urusannya KPU. KPU itu independen. Jadi, tidak bisa yang namanya ikut-ikutan, mengintervensi, enggak ada," ucapnya.

Dengan nada bercanda, Presiden Jokowi bahkan menyebut malah khawatir bila nanti ada partai yang gagal koalisi juga akan menuduh Istana. "Gagal koalisi nanti yang dituduh Istana lagi. Ini Istana ini, Istana, Istana. Padahal, saya itu tidak mengerti koalisi antarpartai, antarketua partai yang ketemu," katanya.

Tuduhan juga mungkin akan kembali dilakukan bila ada tokoh yang tidak bisa maju sebagai kandidat presiden, "Mungkin, untuk pilpres, bisa seperti itu lagi. Ada orang atau tokoh yang ingin sekali dapat kendaraan supaya bisa mencalonkan, ternyata tidak bisa. Tuduh lagi presiden ikut-ikutan, istana ikut-ikutan, kekuatan besar ikut-ikutan."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: