Panjang Dah Urusan... Tendang Pasukan Surya Paloh dari Kabinet Gegara Anies Baswedan, Jokowi Disebut Serius Tabuh Genderang 'Perang!'
Kredit Foto: Antara/Fauzi Lamboka
Memanasnya hubungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh imbas deklarasi Anies Baswedan diprediksi akan berujung pada ditendangnya menteri NasDem dari kabinet Jokowi. Paling tidak, PDIP sudah terus bersuara agar menteri NasDem dievaluasi.
Mengenai hal ini, Pakar Hukum Tata Negara dan Pengamat Politik Refly Harun menilai jika Jokowi melakukan reshuffle hanya karena NasDem deklarasikan Anies Baswedan jadi capres, maka sama saja Jokowi menyatakan “perang”.
“Kalau misalnya NasDem ditendang karena capreskan Anies maka betul-betul Presiden Jokowi menabuh genderang perang. Artinya No negotiation anymore terhadap NasDem yang mendukung Anies dan ini menjadikan Anies ditempatkan bersebrangan dengan Presiden Jokowi,” ujar Refly melalui kanal Youtube miliknya, dikutip Senin (2/1/23).
Refly menegaskan bahwa Reshuffle adalah hak prerogatif seorang presiden, namun jika dengan alasan beda pilihan politik NasDem ditendang, maka Jokowi tidak mencerminkan sikap seorang negarawan.
Sebagai pemegang kuasa tertinggi, Jokowi menurut Refly diharapkan netral dalam Pemilu 2024 dan tak condong ke salah satu calon.
“Dari awal saya katakan hendaknya Presiden menjadi negarawan, netral dalam pilpres termasuk pemilu dan buat legacy warisan yang baik untuk mengakhiri masa jabatan,” ujarnya.
Karenanya menurut Refly pada tahun 2023 ini, jadi tahun krusial bagi Jokowi untuk menunjukkan sikap kenetralannya atau justru ingin memperpanjang kekuasaannya lewat berbagai cara seperti perpanjangan, penundaan, atau memastikan “putra mahkota” bisa menjadi presiden.
“Kita lihat piihan Jokowi di 2023, mau jadi negarawan, netral, meningalkan legacy yang baik, menciptakan pemilu jujur yang adil ataukah dia tetap jadi politisi walau sudah dua periode, punya kepentingan dinasti keluarga, punya kepentingan mengamankan proyek, melanjutkan proyek, dll, dan akhirnya mengupayakan tiga periode kalau tidak bisa perpanjangan masa jabatan, kalau tidak bisa penundaan pemilu, kalau tidak bisa maka mengendorse putra mahkota,” jelasnya.
Berdasar rekam jejak Jokowi di 2022, Refly menilai Jokowi sudah punya kecenderungan mendukung calon tertentu.
“Untuk 2022 sudah terlihat dia ada kecenderungan untuk mengendorse seseorang mulai dari Prabowo atau rambut putih dan wajah berkerut,” ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait:
Advertisement