Industri manufaktur di tanah air konsisten berada dalam level ekspansif. Hal ini tercermin pada capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia dengan posisi di atas poin 50 sepanjang tahun 2022.
Pada Desember 2022, PMI Manufaktur Indonesia ditutup pada tingkat 50,9 atau berhasil naik dibandingkan perolehan bulan sebelumnya yang menyentuh di angka 50,3. Angka ini juga konsisten tetap di level 50,0 selama 16 bulan berturut-turut.
Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, Jingyi Pan mengatakan membaiknya sektor manufaktur ini lantaran ada kenaikan permintaan yang mendorong kenaikan produksi sektor manufaktur.Hal ini juga mengerek aktivitas pembelian dan juga penciptaan lapangan pekerjaan.
“Ekspansi lebih cepat pada output dan penjualan dan juga berkurangnya tekanan harga merupakan perbaikan yang diharapkan,” kata Jingyi dalam keterangan resminya.Hanya saja dia melihat secara keseluruhan kenaikan produksi dan permintaan masih lemah.
Baca Juga: Pelaku Usaha Optimistis dengan Kondisi Enam Bulan ke Depan
Menurutnya permintaan atas barang-barang produksi Indonesia memang meningkat. Namun masih terpusat pada pasar domestik. Sementara permintaan asing kembali mengalami penurunan akibat terbebani penurunan kondisi perekonomian global,mesi penurunannya melambat dibanding bulan sebelumnya.
“Satu-satunya sub-indeks PMI berbasis sentimen, indeks output masa depan, mengarah pada tingkat kepercayaan diri berbisnis terendah sejak fase awal pandemi pada bulan Mei 2020. Ini menunjukkan ketidakpastian besar di sektor manufaktur,”tegasnya.
Ia pun berharap produk domestic bruto (PDB) Indonesia akan tumbuh sebesar 4,4% pada tahun 2023. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PDB Indonesia yang diperkirakan bisa mencapai 5,2% di sepanjang tahun 2022.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar
Advertisement