Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Transisi Energi ke EBT Akan Mempengaruhi Harga Energi Global

Transisi Energi ke EBT Akan Mempengaruhi Harga Energi Global Kredit Foto: Unsplash/Andreas Gücklhorn
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom Centre of Reform on Economic (Core) Indonesia Yusuf Rendi Manilet menilai bahwa sektor pertambangan energi tahun depan relatif tidak banyak mengalami perubahan.

"Meskipun secara natural harganya akan mengalami fluktuasi akibat perubahan permintaan dan pasokan," ujar Yusuf saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Rabu (11/1/2023). 

Yusuf mengatakan bahwa dalam jangka menengah, kebijakan transisi energi terjadi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Pasalnya di berbagai negara akan semakin intensif sehingga akan berpengaruh kepada struktur pasokan dan permintaan energi.

Baca Juga: Kejar Target NZE, Sunterra Bangun Instalasi PLTS di PT MPI

"Meningkatnya produksi EBT akan menurunkan permintaan global pada konsumsi energi fosil, khususnya minyak mentah dan batu bara," ujarnya. 

Namun, proses tersebut akan berlangsung secara gradual mengikuti kecepatan pemerintah di berbagai negara dalam melakukan transisi konsumsi energi fosil ke energi non-fosil. 

"Pemerintah Indonesia, misalnya, telah menetapkan bauran EBT sebesar mencapai 23 persen pada 2030, serta target zero emission pada 2060. Namun, dalam beberapa tahun terakhir pencapaian bauran energi nasional masih di bawah target," ungkapnya. 

Lanjutnya, Yusuf menggambarkan yang terjadi pada 2021 capaian bauran EBT baru 11,5 persen jauh di bawah target tahun itu sebesar 14,5 persen. Di samping itu, semakin pesatnya pertumbuhan penjualan mobil listrik dan semakin tinggi tingkat efisiensi produk tersebut menyebabkan tren penurunan permintaan bahan bakar untuk transportasi. 

"Di berbagai negara pangsa pasar mobil listrik secara konsisten mengalami peningkatan. Pada tahun 2021, pangsa pasar mobil listrik yang teregistrasi di China sebesar mencapai 16 persen, sementara di AS dan Eropa masingmasing sebesar 5 persen dan 17 persen," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: