Tolong! Suriah Juga Porak-poranda Terdampak Gempa, Perang Memperparah Segalanya
Di Suriah, efek gempa berkekuatan 7,8 SR pada Senin (6/2/2023) diperparah dengan kehancuran perang saudara selama lebih dari 11 tahun.
Seorang pejabat tinggi kemanusiaan PBB mengatakan kekurangan bahan bakar dan cuaca musim dingin yang keras juga menciptakan hambatan untuk tanggapannya.
Baca Juga: Makin Menderita! Rakyat Suriah Sudah Ditimpa Musibah Alam, Ditambah Bombardir Rezim Bashar Al-Assad
"Infrastruktur rusak, jalan yang biasa kami gunakan untuk pekerjaan kemanusiaan rusak, kami harus kreatif dalam menjangkau orang ... tapi kami bekerja keras," kata koordinator penduduk PBB El-Mostafa Benlamlih kepada Reuters dalam sebuah wawancara melalui tautan video dari Damaskus.
Di kota Aleppo yang dikuasai pemerintah, rekaman di Twitter menunjukkan dua bangunan tetangga runtuh satu demi satu, memenuhi jalan-jalan dengan debu yang mengepul.
Dua penduduk kota, yang rusak parah akibat perang, mengatakan bangunan-bangunan itu ambruk beberapa jam setelah gempa, yang terasa hingga ke Siprus dan Lebanon.
Raed al-Saleh dari Syria White Helmets, sebuah layanan penyelamatan di wilayah yang dikuasai pemberontak yang dikenal sering menarik orang dari reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara, mengatakan mereka tengah "melawan" waktu.
"Berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan nyawa orang-orang yang berada di bawah reruntuhan," ujarnya, kepada Reuters.
Gempa yang diikuti oleh serangkaian gempa susulan itu merupakan yang terbesar yang tercatat di seluruh dunia oleh Survei Geologi AS sejak gempa di Atlantik Selatan yang terpencil pada Agustus 2021.
Di Turki, jumlah korban tewas mencapai 2.316, kata Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat (AFAD), menjadikannya gempa paling mematikan di negara itu sejak gempa dengan kekuatan serupa pada 1999 yang menewaskan lebih dari 17.000 orang. Lebih dari 13.000 dilaporkan terluka dalam gempa hari Senin.
Setidaknya 1.444 orang tewas di Suriah dan sekitar 3.500 terluka, menurut angka dari pemerintah Damaskus dan petugas penyelamat di wilayah barat laut yang dikuasai pemberontak.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Advertisement