Kepanikan Tim Penyelamat Usai Gempa Susulan Mengguncang Turkiye Tertangkap Kamera
Kepanikan di antara tim-tim penyelamat dari gempa susulan ketika mereka bekerja di lokasi sebuah bangunan yang runtuh di gempa yang dilanda Turkiye ditangkap di depan kamera oleh Anadolu Agency.
Gempa susulan yang telah terjadi dari waktu ke waktu telah memengaruhi operasi pencarian dan penyelamatan secara negatif di bangunan yang runtuh atau di puing-puing.
Baca Juga: Heboh Tingkah Domba yang Bikin Geleng-geleng, Diduga Terkait dengan Gempa Turki dan Suriah
Momen panik di antara tim penyelamat Amerika Serikat dan Prancis diketahui ketika mereka berusaha menarik tiga orang yang dianggap hidup dari puing-puing bangunan yang hancur di distrik Antakya.
Relawan penyelamat Turki juga harus mengganggu wawancara dengan Anadolu Agency pada saat getaran.
Setelah istirahat sejenak, tim Amerika dan Prancis melanjutkan penggalian melalui gedung yang runtuh.
Setidaknya 29.605 orang terbunuh oleh dua gempa bumi yang kuat minggu lalu yang menyentak Turkiye selatan, kata agen bencana negara itu pada Minggu (12/2/2023).
Magnitudo pada Senin (6/2/2023) lalu 7,7 dan 7,6 gempa bumi berpusat di provinsi Kahramanmaras mempengaruhi lebih dari 13 juta orang di 10 provinsi, termasuk Adana, Adiyaman, Diyarbakir, Gaziantep, Hatay, Kilat, Malatya, Osmaniye dan Sanliurfa.
Lebih dari 233.000 personel pencarian dan penyelamatan saat ini bekerja di lapangan, menurut bencana Turki dan Presidensi Manajemen Darurat (AFAD).
Beberapa negara di wilayah tersebut, termasuk Suriah dan Lebanon, juga merasakan getaran kuat yang melanda Turkiye dalam waktu kurang dari 10 jam.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Jumat (10/2/2023) bahwa sejarah Turkiye sedang ditantang oleh salah satu bencana gempa terbesarnya.
Belasungkawa telah mengalir dari seluruh dunia yang mengekspresikan solidaritas dengan Turkiye, dengan banyak negara mengirim tim penyelamat dan bantuan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Advertisement