Penuh Keajaiban, Tim Penyelamat dari Prancis, Jerman, dan Amerika Masih Bekerja di Turki di Hari ke-8
Tim penyelamat dari Prancis, Amerika Serikat, dan Jerman sekarang bekerja untuk menyelamatkan tiga orang yang terjebak di puing-puing di wilayah Hatay, Turki, sejak 178 jam lalu.
Menurut tim, ada tiga orang yang masih hidup di reruntuhan bangunan yang runtuh di distrik Cebrail, tempat operasi penyelamatan berlangsung selama hampir 30 jam.
Baca Juga: Turki Masih Berduka, Polandia Malah Lobi-lobi Erdogan Soal Swedia Gabung NATO
Kolonel Prancis Jean-Philippe Nicot, pemimpin tim penyelamat Prancis, mengatakan kepada Anadolu Agency di depan gedung tempat operasi penyelamatan berlangsung bahwa mereka adalah salah satu dari dua tim penyelamat Prancis yang bergabung dalam tanggap darurat di Turki.
Nicot mengatakan timnya, sebuah kelompok yang terdiri dari 73 penyelamat, telah berada di Hatay selama tujuh hari untuk menyelamatkan nyawa setelah gempa dahsyat yang melanda Turki, Senin (13/2/2023) lalu.
Tim Prancis telah bekerja di reruntuhan gempa selama lebih dari 12 jam setelah mereka menemukan tanda-tanda kemungkinan adanya benda-benda hidup.
"Benar-benar menyedihkan. Ketika kami tiba, kami semua merasa sedih untuk orang-orang Turki dan kami memiliki perasaan untuk melakukan yang terbaik, menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin," kata Nicot tentang situasi di Hatay.
"Kami bisa melihat bencana ini di lapangan, semua orang di jalan, ini juga pemandangan yang mengerikan tapi kami dilatih untuk mengatasi perasaan ini dan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan orang," tambahnya.
Semua tim internasional, katanya, sedang berkoordinasi dengan Presidensi Manajemen Bencana dan Darurat (AFAD) Turki dan mengambil informasi dari badan tersebut di lapangan tentang kemungkinan tanda-tanda orang masih hidup.
"Kami tidak tahu persis, kapan masih ada harapan, kami akan bertahan di sini," kata Nicot, ketika ditanya berapa lama tim Prancis akan melanjutkan pekerjaannya di zona gempa.
Tidak ada bantuan yang cukup
"Bahkan jika seluruh dunia menanggapi (gempa di) Turki, tidak akan ada cukup bantuan saat ini," kata Brock Mayer dari tim penyelamat sukarelawan Amerika yang terdiri dari 11-12 orang dan tiga anjing K9 terlatih.
Mayer mengatakan timnya dimobilisasi segera setelah gempa back-to-back melanda pada hari Senin dan mereka tiba di Hatay pada Rabu.
"Bangunan khusus yang ada di belakang saya ini adalah sebuah bangunan tempat kami menemukan tiga orang. Mereka sangat dalam di bawah tanah dan kami menemukan mereka melalui anjing terlebih dahulu, sebenarnya, penduduk setempat di sini mengarahkan kami ke gedung ini dan kami memelihara anjing kami dan mereka juga menegaskan bahwa mungkin ada orang di sana," ungkapnya.
"Dan kami bertemu dengan beberapa teman dari militer Turki dan militer Turki membawa kamera pencitraan termal mereka dan mengambil gambar dan mereka berkata, 'Ya, ada beberapa kemungkinan'," katanya, menambahkan bahwa sekarang tim Prancis dan sukarelawan penyelamat dari Jerman juga membantu mereka menyelamatkan orang-orang yang terjebak di bawah balok beton.
"Jadi banyak orang yang berbeda bekerja sama," tambahnya.
Mayer mengungkapkan betapa dia terpesona oleh fakta bahwa orang Turki "sangat memberi" bahkan "di saat mereka kehilangan dan berduka."
"Ini tidak mudah tetapi yang menakjubkan adalah kami melihat bahwa orang Turki sangat mencintai orang dan mereka sangat memberi, dan tidak egois bahkan di saat kehilangan dan kesedihan. Jadi kami di sini untuk membantu semampu kami," katanya.
'Bencana terburuk di Eropa'
Malik, seorang tentara Jerman yang menjadi sukarelawan penyelamat di Hatay, mengatakan dia telah bekerja dengan tim Prancis dan AS sejak Rabu ketika dia tiba di zona bencana.
"Saya hanya harus membantu. Saya mendapatkan profesinya, saya tahu bagaimana melakukannya," imbuh Malik, ketika ditanya apa yang membuatnya memutuskan untuk datang ke Hatay sebagai sukarelawan.
Menggambarkan bencana itu sebagai "yang terburuk di Eropa", Malik, yang hanya berbagi nama depannya, mengatakan dia sangat ingin mengeluarkan orang hidup-hidup dari reruntuhan bangunan yang sedang mereka kerjakan.
Pekerjaan di gedung itu, katanya, "sangat sulit".
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Advertisement