Jokowi Pidato Soal Pro Transportasi Massal, Netizen: Itu Mah Hanya Manis di Bibir Saja
Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo sempat menyinggung tentang adanya pembengkakan biaya pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Ternyata, hal tersebut menjadi bahan gunjingan di media sosial.
Pasalnya, berdasarkan hasil audit BPKP, pembengkakan biayanya ditaksir mencapai US$1,2 miliar atau Rp18,2 triliun. Meski demikian, Jokowi mengatakan bahwa pemerintah tetap perli memprioritaskan pembangunan infrastruktur transportasi umum. Tujuannya untuk mengurangi emisi yang dihasilkan dari kendaraan pribadi.
"Kita harus pro terhadap transportasi massal, bukan kendaraan pribadi, tapi harus pro terhadap transportasi masal, sehingga yang namanya MRT, LRT, Kereta Api, KCIC itu menjadi sebuah keharusan bagi kota besar," ujar Presiden Jokowi disela kunjungan pada pembukaan IIMS belum lama ini.
Menanggapi hal itu, pengamat sosial politik, Antonius Boediono, menyampaikan kritikannya. Menurutnya, jika benar Jokowi mendukung transportasi massal, seharusnya dibarengi dengan penghentian produksi kendaraan roda empat.
"Saya hanya mengusulkan saja jika Bangsa ini benar-benar Pro Transportasi Massal sebaiknya Pemerintah menghentikan produksi Kendaraan R4 yang berbasiskan LCGC dan kendaraan Pribadi ~ Stop seluruhnya kemudian alihkan ke Public Transportation #hening," tulis Antonius Boediono melalui akun Twitter-nya, @asboedionoid.
Cuitan Antonius pun ramai dikomentari warganet. Umumnya, mereka setuju dengan usulan tersebut. Ada pula yang menganggap Presiden Jokowi hanya manis di bibir sebab, biaya yang harus dikeluarkan warga untuk menggunakan kereta cepat terbilang sangat mahal.
"18 triliun, pro transportasi massal, saat di pameran mobil agar produsen banyakin ekspor..logikanya ko putus2 gitu ya. Penasaran, coba sekali2 beliau buat tulisan di koran? Pengin belajar dari beliau..," balas salah satu warganet.
"Transportasi massal tapi gak murah, kiro2 masuk akal gak sih?," kritik lainnya.
"Mana ada pro transportasi massal, klo pro chikom mungkin "ya"," sindir lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Yohanna Valerie Immanuella
Tag Terkait:
Advertisement