Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemensos Berdayakan Penerima Manfaat Olah Sampah Organik Jadi Cuan

Kemensos Berdayakan Penerima Manfaat Olah Sampah Organik Jadi Cuan Kredit Foto: Kemensos
Warta Ekonomi, Jakarta -

Zaelani (28) merupakan salah satu penerima manfaat bantuan dari Kementerian Sosial (Kemensos). Pria yang dulunya mengais rezeki di jalanan ini, kini menjadi salah satu pengelola pengolahan sampah organik di Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Bekasi.

Dari sampah menjadi berkah. Kini, sampah tidak lagi menjadi material yang harus dibuang, tetapi dapat diolah menjadi sumber uang.

Baca Juga: Mensos Risma Pastikan Program yang Dimiliki Kemensos Dilandasi Semangat Keadilan Sosial

"Ini pakannya dari sampah yang dimakan sama ulet maggot dari kandang lalat BSF yang di sana," kata Zaelani dalam siaran pers Kemensos, Rabu (22/3/2023).

BSF adalah Black Soldier Fly (BSF) yang menghasilkan larva, cikal bakal maggot, dan dapat memproses biokonversi sampah organik dan mendegradasi sampah lebih cepat. Selain untuk menghasilkan kompos organik, larvanya juga dapat digunakan sebagai pakan unggas dan ikan.

Di STPL Bekasi, budi daya maggot menjadi salah satu pilihan keterampilan sekaligus kewirausahaan bagi penerima manfaat. Budi daya maggot juga menjadi alternatif pengolahan sampah baik bagi STPL sendiri, bahkan sampah dari Sentra Handayani di Bambu Apus.

"Jadi, sampah-sampah yang ada di sini kita kumpulin, ada juga sampah yang dari Bambu Apus. Terus, kita pilah mana yang basah mana yang kering. Termasuk sisa-sisa makanan kita di sini," katanya saat ditemui di STPL Bekasi, Selasa (21/2/2023).

Menurut Zaelani, STPL memiliki tempat khusus yang digunakan untuk kandang BSF. BSF kemudian bertelur dan menetas menjadi larva 3-4 hari kemudian. "Larva itu kita taruh di sampah basah yang udah dicacah. Nanti larvanya yang makan sampah sampai kemudian jadi besar, jadi maggot. Itu prosesnya 15 hari, baru  siap panen. Sekali panen bisa 30–40 kg (maggot)," terangnya. 

Untuk hasil panen yang lebih bagus, Zaelani menuturkan harus menunggu 5-7 hari. Maggot pada siklus ini disebut Pupa atau fresh maggot yang mempunyai kandungan protein hingga 60% sehingga baik untuk ternak dan ikan. "Fresh maggot ini yang kita jual untuk pakan ternak. Terus sisa sampahnya itu dijadiin pupuk," ujarnya.

Budi daya maggot merupakan siklus. Oleh karena itu, STPL tidak menjual seluruh maggot yang dihasilkan karena maggot dewasa akan menjadi BSF dan memulai siklus selanjutnya.

Saat ini maggot yang dibudidaya oleh PM digunakan sebagai pakan alternatif berbagai jenis unggas, ikan, dan reptil. Hasil budi daya juga dipasarkan ke para peternak ayam, peternak ikan, dan toko pancing. 

Khairul Ajis (34), instruktur budi daya maggot di STPL, mengatakan bahwa omzet dari budi daya maggot mencapai rata-rata Rp2 juta per bulan. Cuan bos.

"Dari sisi penjualan fresh maggot, kita bisa jual 10 kg/bulan dari sisa pakan ternak. Dihargai per kilo Rp6.000. Dari sisi telur, rata-rata pembelian di bawah 10-gram harga per gramnya Rp5.000. Per bulan bisa sampai Rp2 juta," ungkap Khairul.

Selain fresh maggot dan telur maggot, produk lain yang dihasilkan dari budi daya maggot di antaranya dry maggot, tepung maggot, dan kasgot (bekas maggot) yang digunakan sebagai pupuk organik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: