Siber Crime 2023 Ancam Identitas Diri, Sistem Jaringan dan Rekayasa Sosial
Adam Meyers, Kepala Intelijen, CrowdStrike mengungkapkan, dalam 12 bulan terakhir telah membawa faktor kombinasi yang unik dari sisi keamanan. Kelompok eCrime yang terpecah-pecah muncul kembali dengan kecanggihan yang lebih tinggi, ancaman yang ditakuti dari konflik Rusia-Ukraina sudah tidak menjadi daya tarik lagi karena semakin banyaknya ancaman yang justru datang dari jaringan pengintai Tiongkok.
“Pelaku kejahatan siber saat ini lebih pintar, canggih dan memiliki sumber daya yang lebih baik dalam sejarah keamanan siber – dengan menggunakan teknologi yang didorong oleh intelijen ancaman terbaru, perusahaan dapat selangkah lebih maju dari pelaku kejahatan siber ini,” ujar Adam.
CrowdStrike Intelligence menambahkan 33 ancaman yang baru sehingga jumlah total ancaman yang diketahui menjadi lebih dari 200. Lebih dari 20 tambahan baru adalah SPIDERS, penamaan dari CrowdStrike untuk ancaman eCrime.
BEAR (ancaman pengintai Rusia) yang baru dilacak, operasi pemerasan kredensial BEAR yang sangat aktif sepanjang tahun pertama konflik Rusia-Ukraina, menargetkan laboratorium penelitian pemerintah, pemasok militer, perusahaan logistik, dan organisasi non-pemerintah (LSM). CrowdStrike juga memperkenalkan ancaman jaringan Siria yaitu DEADEYE HAWK, yang sebelumnya dilacak sebagai peretas DEADEYE JACKAL.
Tim CrowdStrike Intelligence mendapatkan keuntungan dari kumpulan data intelijen yang tak tertandingi, dengan jutaan kasus keamanan per hari untuk membantu menghentikan ancaman yang paling umum yang didukung oleh platform CrowdStrike Falcon.
Sebagai platform konsolidasi keamanan, Falcon membuat organisasi secara proaktif menghentikan ancaman tercanggih melalui kombinasi unik antara teknologi endpoint dan perlindungan ancaman identitas, intelijen yang digerakkan oleh manusia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement