Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pendeta Ini Coba Patahkan Stigma Anies Baswedan yang Dinilai Hanya ‘Pro’ Pada Satu Agama

Pendeta Ini Coba Patahkan Stigma Anies Baswedan yang Dinilai Hanya ‘Pro’ Pada Satu Agama Kredit Foto: Jejak Profil
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pendeta Shephard Supit mencoba mematahkan stigma yang menempel pada Anies Baswedan sebagai bapak politik identitas maupun hanya pro ke satu agama. 

Sebagai salah satu orang yang tergabung dalam Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) ia menjelaskan pengalamannya bekerja dengan bakal calon presiden itu. 

Pendeta Shephard Supit mengatakan salah satu bukti bahwa stigma Anies Baswedan hanya memilih satu agama saja sudah bisa terbantahkan adalah dengan dirinya terbuka mengambil tim dengan latar belakang berbeda.

Baca Juga: Surya Paloh Tak Masalah Jika Anies Baswedan Pilih AHY Jadi ‘Pendampingnya’ di Pilpres 2024

“Karena kami tim yang bisa akses berhubungan dengan beliau ternyata beragam-ragam dari latar belakangnya dan kami bisa berdiskusi dengan beliau,” ungkapnya melansir dari Laman TV, Jumat (10/03/23).

Ia juga menceritakan awal mula bergabung bersama Anies dalam TGUPP hingga akhirnya memetik banyak pelajaran dari ex Gubernur DKI Jakarta itu.

“Ya oleh karena sebelumnya, saya adalah salah satu ketua di Jakarta. Jadi setelah saya menyelesaikan tugas selama 2 periode, nah baru kemudian Pak Anies memanggil untuk bergabung,” kata dia.

“Di TGUPP saya sendiri tidak tahu apa alasannya dan saya juga tidak direkomendasi oleh siapa-siapa. Jadi itu rasanya semacam hak subjektivitas dari Pak Anies sendiri untuk memilih timnya, tentu atas pengamatan beliau,” jelas dia.

Baca Juga: Demokrat Masih ‘Keukeuh’ Ajukan AHY Sebagai Pasangan Anies Baswedan, Jabarkan Kelebihan Dibanding Calon Lain…

“Dan ya saya bersyukur karena bisa gabung di sana dan ketika saya ada di sana agak sedikit lebih mengherankan. Saya sudah tahu dengan keberadaan Pak Anies atau kami sudah berkenalan saat beliau jadi Rektor, kemudian dalam program Indonesia mengajar,” ungkapnya. 

“Lalu, kami juga waktu itu bikin program Indonesia cerdas dan mengutus perwakilan ke daerah-daerah remote area ke 3T.  Itu daerah terbelakang, terluar, dan tertinggal,” jelasnya. 

“Nah di situ saya sudah mengenal dan sudah pernah berdiskusi dan saya sudah mendapat satu pemahaman bahwa beliau adalah seorang yang sangat moderat dan cendekiawan intelektual yang rendah hati bersahaja hidupnya,” tambahnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Advertisement

Bagikan Artikel: