“Ini mencerminkan kurva normal. Dan itu artinya tidak terjadi polarisasi dalam ideologi,” tegasnya.
Saiful menegaskan bahwa masyarakat Indonesia tidak terbelah, tidak ekstrim Islam dan ekstrim Pancasila. Di antara titik ekstrim Pancasila dan Islam, ada ruang kelabu di tengah yang mempertemukan dua kecenderungan tersebut. Di sanalah masyarakat Indonesia berada dan menjalani hidup sehari-hari.
“Tanpa intervensi apa-apa, masyarakat kita moderat secara ideologis, walaupun moderatnya lebih cenderung pada Pancasila,” lanjut Saiful.
Saiful menambahkan bahwa secara alamiah, sikap moderat adalah gejala umum masyarakat. Sementara yang ekstrem secara alamiah kecil.
Namun demikian, keadaan normal di mana tidak terjadi polarisasi bisa rusak menjadi terpolarisasi kalau ada intervensi. Salah satu bentuk intervensinya adalah persaingan politik. Studi ini lebih fokus melihat persaingan dalam pemilihan presiden. Apakah Pilpres menciptakan polarisasi, di mana yang sangat pro Islam besar dan sangat pro Pancasila juga besar sehingga yang di tengah sedikit atau kosong.
Studi ini mengungkap bahwa jika pemilihan presiden terjadi antara Anies Baswedan melawan Ganjar Pranowo, apakah masyarakat kita akan terbelah, di mana pemilih Ganjar hanya dari kelompok yang pro Pancasila dan pemilih Anies hanya dari kelompok yang pro Islam? Survei ini menunjukkan tidak demikian. Pemilih Anies dan Ganjar, dalam soal ideologi, tidak berbeda.
“Tidak terjadi polarisasi ideologis antara pemilih Anies dan pemilih Ganjar,” kata Saiful.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait:
Advertisement