Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali melakukan survei terkait Pemilu 2024. Kali ini SMRC melakukan survei mengenai anggapan polarisasi yang akan terjadi di Pilpres 2024.
Sebagaimana diketahui, beberapa pihak menyebut jika calon-calon tertentu maju sebagai Capres maka akan terjadi polarisasi ideologis antara nasionalis dan islamis.
Menurut Pendiri SMRC, Saiful Mujani mengatakan perbedaan ideologi yang memiliki tradisi panjang di Indonesia, kata Saiful, adalah politik Islam dengan politik nasionalis.
Dalam studi yang dilakukan SMRC, publik diminta untuk memberi skor antara 0 sampai 10 pada dirinya sendiri. Skor 10 artinya menginginkan agar Islam berperan besar dalam kehidupan politik. Sementara 0 berarti menginginkan agar negara diatur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Rata-rata skor yang diperoleh dari studi ini adalah 4,61. Angka ini menunjukkan, bahwa masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan lebih pro pada Pancasila.
“Untuk urusan ngatur negara, kecenderungan skornya di bawah 5, lebih cenderung pada Pancasila dan UUD 1945, bukan pada politik Islam,” jelas Saiful dalam keterangan yang diterima.
Saiful juga menggarisbawahi bahwa ada angka yang cukup menonjol, beda dengan yang lain, yakni pada skor 5. Ada 28,5 persen yang menyatakan bahwa posisi ideologisnya ada di angka lima atau tengah. Gambaran ini menunjukkan, kata Saiful, masyarakat Indonesia tidak terpolarisasi atau tidak terbelah. Yang banyak adalah yang moderat. Yang sangat menginginkan Pancasila hanya sekitar 20 persen, demikian pula yang sangat menginginkan Islam. Sisanya berada di tengah, dan mereka secara jumlah adalah yang paling besar.
“Ini mencerminkan kurva normal. Dan itu artinya tidak terjadi polarisasi dalam ideologi,” tegasnya.
Saiful menegaskan bahwa masyarakat Indonesia tidak terbelah, tidak ekstrim Islam dan ekstrim Pancasila. Di antara titik ekstrim Pancasila dan Islam, ada ruang kelabu di tengah yang mempertemukan dua kecenderungan tersebut. Di sanalah masyarakat Indonesia berada dan menjalani hidup sehari-hari.
“Tanpa intervensi apa-apa, masyarakat kita moderat secara ideologis, walaupun moderatnya lebih cenderung pada Pancasila,” lanjut Saiful.
Saiful menambahkan bahwa secara alamiah, sikap moderat adalah gejala umum masyarakat. Sementara yang ekstrem secara alamiah kecil.
Namun demikian, keadaan normal di mana tidak terjadi polarisasi bisa rusak menjadi terpolarisasi kalau ada intervensi. Salah satu bentuk intervensinya adalah persaingan politik. Studi ini lebih fokus melihat persaingan dalam pemilihan presiden. Apakah Pilpres menciptakan polarisasi, di mana yang sangat pro Islam besar dan sangat pro Pancasila juga besar sehingga yang di tengah sedikit atau kosong.
Studi ini mengungkap bahwa jika pemilihan presiden terjadi antara Anies Baswedan melawan Ganjar Pranowo, apakah masyarakat kita akan terbelah, di mana pemilih Ganjar hanya dari kelompok yang pro Pancasila dan pemilih Anies hanya dari kelompok yang pro Islam? Survei ini menunjukkan tidak demikian. Pemilih Anies dan Ganjar, dalam soal ideologi, tidak berbeda.
“Tidak terjadi polarisasi ideologis antara pemilih Anies dan pemilih Ganjar,” kata Saiful.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait:
Advertisement