Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Masih Tunduk terhadap Dolar AS Setelah Terdepresiasi -0,19%

Rupiah Masih Tunduk terhadap Dolar AS Setelah Terdepresiasi -0,19% Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rupiah hari ini kembali mengoleksi rapor merah. Berdasarkan data RTI Business, diketahui bahwa mata uang Indonesia itu terkoreksi -0,19% dan tereduksi 29 poin terhadap mata uang Amerika Serikat. Hal tersebut membuat nilai tukar rupiah melemah ke level Rp14.958 per dolar AS.

Rupiah juga melemah terhadap dua dari tiga mata uang global yang ada. Merujuk dari sumber yang sama, dilaporkan bahwa mata uang Garuda tersebut mengalami koreksi masing-masing sebesar -0,02% dan -0,01% atas euro dan poundsterling. Kendati demikian, rupiah masih sanggup mengungguli dolar Australia dengan apresiasi sebesar 0,19%. 

Baca Juga: Merah Membara, Rupiah Hari Ini Terdepresiasi -0,14% ke Angka Rp14.938 per Dolar AS

Sama halnya dengan mata uang global, pada perdagangan Kamis, 6 April 2023 ini, rupiah cenderung menunjukkan pergerakan yang variatif atas mata uang Asia. Per pagi hari ini, mata uang Garuda itu terpantau melemah atas lima mata uang dan menguat atas tiga mata uang.

Rupiah masih bisa menunjukkan keperkasaannya atas won (0,53%), baht (0,57%), dan dolar Taiwan (0,02%). Sementara itu, mata uang Indonesia tersebut terkoreksi -0,14% atas yuan; -0,21% atas dolar Hong Kong; -0,35% atas yen; -0,03% atas ringgit; dan -0,07% atas dolar Singapura.

Baca Juga: Menguat 0,23%, Rupiah Hari Ini Gagah Perkasa di Angka Rp14.927 per Dolar AS

Sebagai informasi tambahan, seperti dikutip dari Antara, analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa latar belakang menurunnya nilai tukar rupiah di antaranya adalah sentimen pasar terhadap aset berisiko cenderung negatif dan muncul kekhawatiran akan adanya perlambatan ekonomi global.

Baca Juga: Terkikis -0,07%, Rupiah Hari Ini Tumbang ke Angka Rp14.989 per Dolar AS

“Di tengah pelemahan data-data ekonomi Amerika Serikat, bisa jadi muncul kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi global,” jelas Ariston seperti dilansir dari Antara, Jakarta, Kamis, 6 April 2023.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: