Masuki Masa-masa Terberat, Hubungan Amerika dan Arab Saudi Diuji Oleh China-Iran
Sebuah keputusan oleh OPEC+ yang dipimpin oleh Saudi untuk memangkas produksi minyak sebelum pemilu paruh waktu AS ditafsirkan oleh pemerintahan Biden sebagai sebuah aksi politik untuk melemahkan peluang Partai Demokrat melawan Partai Republik.
Arab Saudi menolak keras tuduhan ini dan menunjukkan bahwa harga minyak mulai stabil tidak lama setelah keputusan untuk mengurangi produksi minyak.
Baca Juga: Sewot Lihat Arab Saudi Hubungan Baik dengan Iran, Amerika Gak Suka Perdamaian?
Washington juga menuduh Arab Saudi berpihak pada Rusia melalui langkahnya di saat AS dan Eropa berusaha menekan pundi-pundi Vladimir Putin di tengah-tengah perangnya di Ukraina.
Gedung Putih dan para pejabat AS lainnya mengancam akan menghitung ulang hubungan dengan Arab Saudi, bahkan sampai mengancam akan memberikan sanksi ekonomi dan finansial.
Namun tak lama kemudian, terjadi perubahan nada dari para pejabat AS terhadap Arab Saudi.
Di PBB, Arab Saudi memimpin beberapa negara Arab dan Teluk dalam pemungutan suara untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina, dan menyerukan Kremlin untuk menarik pasukan Rusia dari negara tetangga tersebut. Hal ini ditindaklanjuti dengan janji bantuan sebesar 400 juta dolar AS dari Arab Saudi untuk Kyiv. Pemerintahan Biden dengan cepat meredam kritiknya dan memuji negara Teluk tersebut atas kontribusi positifnya.
Seminggu sebelumnya, pejabat senior AS melakukan perjalanan ke Riyadh untuk berpartisipasi dalam pertemuan keamanan guna membahas Iran dan ancaman-ancaman umum lainnya, menepis klaim bahwa Washington ingin menjauhkan diri dari wilayah tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement