Warning Israel Soal Iran Ciptakan Bom Nuklir: Bukan Cuma Satu, tapi Lima
Iran telah memiliki kemampuan untuk membuat lima bom nuklir, klaim Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Kamis (4/5/2023) dalam kunjungannya ke Athena.
Teheran tidak akan berhenti hanya dengan membuat satu senjata nuklir, tegas sang menteri, seraya menambahkan bahwa pengembangan seperti itu akan memiliki konsekuensi besar bagi seluruh Timur Tengah.
Baca Juga: Netanyahu: Satu-satunya Cara Menghentikan Ancaman Perang Nuklir Iran Adalah dengan...
"Jangan salah, Iran tidak akan puas dengan satu bom nuklir saja. Sejauh ini, Iran telah mendapatkan bahan yang diperkaya hingga 20% dan 60% untuk lima bom nuklir," kata Gallant kepada mitranya dari Yunani, Nikolaos Panagiotopoulos, lapor Times of Israel.
Namun, dia mencatat bahwa uranium perlu diperkaya hingga setidaknya 90% kemurniannya untuk membuat senjata nuklir.
"Kemajuan Iran, dan pengayaan hingga 90%, akan menjadi kesalahan besar di pihak Iran, dan dapat menyulut kawasan itu," kata menteri pertahanan memperingatkan.
Pada bulan Maret, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Mark Milley, memperkirakan bahwa Teheran dapat memproduksi bahan nuklir yang cukup untuk membuat bom dalam beberapa minggu. Namun, jenderal AS itu mengakui bahwa Republik Islam masih membutuhkan "beberapa bulan" untuk membuatnya menjadi bom.
Menurut Milley, Washington "tetap berkomitmen sebagai sebuah kebijakan bahwa Iran tidak akan memiliki senjata nuklir." Pilihan kata-katanya memicu kekhawatiran di Yerusalem Barat, karena para pejabat senior Israel mempertanyakan apakah AS akan mentolerir "program senjata nuklir" Iran selama tidak ada bom nuklir yang dipasang pada rudal atau sistem pengiriman lainnya.
Jenderal AS tersebut mengklarifikasi pernyataannya sebelumnya dengan menghapus kata "dipasang". Teheran sendiri telah berulang kali membantah memiliki senjata nuklir dan menyatakan bahwa program nuklirnya murni untuk tujuan damai.
Iran masih secara bertahap meningkatkan tingkat pengayaan uranium di luar batas yang ditetapkan oleh kesepakatan 2015 yang dicapai dengan kekuatan dunia. Iran mulai melakukannya setelah presiden AS saat itu, Donald Trump, secara sepihak menarik diri dari kesepakatan tersebut pada tahun 2018.
Upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan tersebut di bawah Presiden AS Joe Biden sejauh ini tidak berhasil. Teheran dilaporkan menolak upaya terbaru Washington untuk mencapai kesepakatan yang akan membatasi program nuklir Iran dengan imbalan pembekuan sanksi.
Ketegangan antara Teheran dan Yerusalem Barat telah meningkat akhir-akhir ini. Pada pertengahan April, Presiden Iran Ebrahim Raisi memperingatkan bahwa setiap langkah permusuhan dari Israel akan "menyebabkan kehancuran Haifa dan Tel Aviv."
Pada hari Kamis, Gallant mengklaim bahwa "Iran mendukung, membiayai, melatih, dan melengkapi kelompok-kelompok teror di seluruh Timur Tengah dan di seluruh dunia," dan menuduhnya "mensponsori" serangan-serangan terhadap Israel dari Libanon, Gaza, dan Suriah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement