Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Capres Gencar Cari Cawapres dari NU, Rizal Ramli: Kasihan NU Dijadikan Label Buat Raup Suara Doang!

Capres Gencar Cari Cawapres dari NU, Rizal Ramli: Kasihan NU Dijadikan Label Buat Raup Suara Doang! Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Depok -

Sejumlah tokoh agama dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) digadang-gadang akan menjadi incaran calon presiden (Capres) untuk mencari calon wakil presiden (Cawapres) pada Pilpres 2024, khususnya dari Jawa Timur. Ganjar Pranowo maupun Anies Baswedan saat ini sedang gencar melakukan kunjungan ke beberapa tokoh NU demi menambah suara dalam pemilihan di tahun depan.

Misalnya, Ganjar Pranowo melakukan kunjungan ke tokoh NU, KH Mustofa Bisri (Gus Mus), di kompleks Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Kabupaten Rembang pada Rabu (3/5/2023) lalu. Selain itu, Ganjar juga mengunjungi kediaman tokoh NU Gus Muwafiq di Sleman, Yogyakarta, pada Kamis (11/5/2023). 

Di sisi lain, Anies Baswedan menghadiri Haul Akbar Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid di Tanggul, Jember, Jawa Timur, pada Minggu (7/5/2023) lalu.

Baca Juga: Ketua PDIP Kasih Bocoran Cawapres Ganjar Pranowo, Singgung Tokoh Nahdlatul Ulama

Sementara itu, Prabowo Subianto diisukan akan menggandeng Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sebagai calon wakil presidennya.

Kunjungan lobi politik ke tokoh NU ini mengindikasikan peran strategis kelompok representasi Islam dalam menambah suara untuk memenangkan pemilihan umum.

Menanggapi hal tersebut, mantan Menteri Koordinator bidang Perekonomian pada era Gus Dur, Rizal Ramli, mengatakan bahwa panggung perpolitikan Indonesia saat ini tidak bisa dilepaskan dari Nahdlatul Ulama (NU) khususnya dari Pulau Jawa.

“Memang politik Indonesia tidak bisa dilepaskan dari Nahdlatul Ulama (NU), terutama di Pulau Jawa. Dan kalau kita lihat di Sumatra Utara, kelompok terbesar nomor dua yaitu NU. Jadi selain di luar Jawa, basis NU itu kuat sekali,” kata Rizal Ramli, dikutip dari kanal Youtube Total Politik pada Senin (15/5/2023).

Ia mengatakan bahwa saat ini ajakan koalisi dengan NU banyak dilakukan dengan cara yang kasar, misalnya hanya dengan menggunakan uang saja.

“Semua di politik Indonesia mengerti kalau mau menang ya harus merangkul NU. Cuma ada yang merangkulnya itu kasar, main nebar duit doang. Dia (politikus) mikir asal bayar sini atau menebar uang di sini, warga NU bakal dukung,” tuturnya.

Lebih lanjut, Rizal Ramli mengatakan bahwa ia kasihan dengan NU yang hanya dijadikan alat dalam meraup suara pemilih saja. Setelah terpilih, kepentingan konstituen NU akan terlupakan. Menurutnya, jika pemimpin terpilih bekerja dengan benar, maka kelompok yang paling diuntungkan adalah kalangan NU.

“Dalam konteks ini, saya suka kasihan NU ini dipakai label buat meraup suara doang, habis itu dilupakan, nasib konstituennya di bawah. Jadi rakyat kita mau NU maupun nasionalis sering ketipu karena isinya slogan-slogan doang. Sudah waktunya pimpinan bekerja betul-betul untuk rakyat. Kalau bekerja untuk rakyat, yang paling diuntungkan adalah yang paling bawah, yaitu kalangan NU,” jelasnya.

“Karena kalau nasionalisme dan NU itu bergabung, itu akan jadi kekuatan yang dahsyat, bisa mengubah Indonesia. Sayangnya elite kita hanya pakai ini sebagai simbolik saja, buat memenangkan suara doang. Begitu dapat kuasa, mereka lupa lagi,” tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: