Tentara Rusia Enggak Susah buat Respons Pengiriman Jet Tempur Amerika ke Ukraina
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan pada Senin (29/5/2023) bahwa angkatan bersenjata negaranya mampu menanggapi kemungkinan transfer jet tempur Amerika Serikat ke Ukraina.
“Saya yakin angkatan bersenjata kita memiliki kemampuan untuk bereaksi terhadap ini,” kata Lavrov menanggapi pertanyaan tentang reaksi Moskow terhadap masalah tersebut, selama konferensi pers di ibu kota Kenya, Nairobi, tempat dia melakukan kunjungan resmi.
Baca Juga: Denmark Makin Jor-joran, Kini Siapkan 2,59 Miliar Dolar buat Militer Ukraina
Lavrov mengklaim bahwa niat Belanda dan Denmark untuk menjadi yang terdepan dalam memberikan pelatihan kepada pilot Ukraina untuk penggunaan jet tempur F-16 dapat digambarkan sebagai upaya untuk "menyenangkan hegemon".
“Negara-negara ini secara aktif mengejar garis Washington dalam urusan Eropa, pertama-tama di forum Eropa,” tambahnya, dikutip Anadolu Agency.
Pada 25 Mei, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan di Twitter bahwa Belanda dan Denmark akan memimpin koalisi untuk memberikan pelatihan F-16 kepada pilot Ukraina.
“Beberapa negara membantu memungkinkan pelatihan F-16. Saya ingin berterima kasih kepada Denmark dan Belanda karena memimpin koalisi Eropa untuk memberikan pelatihan bagi pasukan Ukraina. Saya juga ingin berterima kasih kepada Norwegia, Belgia, Portugal, dan Polandia atas kontribusinya juga,” kata Austin.
Selama konferensi pers, Lavrov juga menyebutkan Inisiatif Butir Laut Hitam, mengatakan bahwa Rusia menganggap kesepakatan biji-bijian "tidak lagi berfungsi" jika bank pertaniannya tidak terintegrasi ke dalam sistem pembayaran internasional SWIFT.
Kamis lalu, Moskow mengaitkan penyertaan Bank Pertanian Rusia milik negara dalam sistem pembayaran internasional SWIFT dengan kelanjutan Inisiatif Butir Laut Hitam, yang menunjukkan bahwa ia akan mempertimbangkan opsi alternatif untuk ekspor pertanian.
"Jika semuanya tetap seperti apa adanya, dan tampaknya akan demikian, maka perlu dilanjutkan dari fakta bahwa itu tidak lagi berfungsi," katanya.
Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina awalnya menandatangani perjanjian di Istanbul Juli lalu untuk melanjutkan ekspor biji-bijian dari tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina, yang dihentikan setelah perang Rusia-Ukraina dimulai pada Februari 2022.
Erdogan mengumumkan pada 17 Mei bahwa kesepakatan, yang akan berakhir pada 18 Mei, diperpanjang selama dua bulan lagi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement