Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

KLHK Ingatkan Sampah di Industri Pariwisata Perlu Penanganan Serius

KLHK Ingatkan Sampah di Industri Pariwisata Perlu Penanganan Serius Kredit Foto: BRI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) mengingatkan pihaknya telah menerbitkan pedoman penanganan sampah terkait pelaksanaan sebuah gelaran atau event

"Pengelolaan sampah di event, baik indoor atau outdoor. Pedomannya sudah ada. Ada tim atau unit khusus untuk penanganan sampah event, baik pre, doing, maupun after event," kata Kepala Subdirektorat Tata Laksana Produsen, Direktorat Pengurangan Sampah, Ujang Solihin Sidik, Kamis (15/6/2023).

Baca Juga: KLHK: Upaya Komprehensif Perlu Dilakukan dari Hulu ke Hilir demi Tuntaskan Persoalan Sampah

"Kalau event organizer besar sudah tersosialisasi terkait pedoman ini. Semoga bisa dipakai untuk semua event," kata Uso, sapaan akrab Ujang Solihin, dalam diskusi bertema "Penerapan Sirkular Ekonomi pada Kegiatan Bisnis Pariwisata di Indonesia dalam Pengelolaan Sampah yang Bertanggung Jawab".

Dia menekankan, saat ini Indonesia tengah menuju sirkular ekonomi dalam pengelolaan sampah. Karenanya, tambah Uso, pengurangan sampah oleh produsen seperti diatur dalam Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yakni P.75/2019 akan terus disosialisasikan, termasuk ke industri pariwisata.

Sementara, Analisis Kebijakan Ahli Madya Kemenparekraf, Muh. Nurdin, menambahkan pengelolaan sampah pada sebuah event biasanya bekerja sama dengan bank-bank sampah setempat. Ia mengambil contoh pada penyelenggaraan Moto GP di Mandalika, Lombok 2022 lalu, penanganan sampah pada event yang koordinasi oleh Kemenko Marves itu melibatkan Bank Sampah setempat. 

"Setelah selesai acara sampah bersih dan terpilah. Ini perlu sosialisasi bagaimana pengelolaan sampah setelah event," kata Nurdin. 

Dia menambahkan, Kemenparekraf dan KLHK telah menyusun petunjuk teknis, serta melakukan pendampingan pengelolaan sampah, di tujuh destinasi wisata yakni, Danau Toba, Borobudur, Banyuwangi, Bali, Lombok, Labuan Bajo, dan Likupang.

Pembicara lain, Packaging Circularity Senior Manager Danone Indonesia, Jeffri Ricardo, menyatakan penanganan sampah di destinasi wisata harus mendapat perhatian semua pihak, mulai dari menyediakan infrastruktur, mengedukasi pelaku usaha dan masyarakat setempat. 

"Penghasil sampah di destinasi wisata itu salah satunya turis. Data menyebutkan, turis membawa 3,5 kilogram sampah per kapita," kata Jeffri. 

Danone Indonesia, tambah Jeffri, sudah dan sedang menggulirkan program untuk menangani sampah yakni Bijak Berplastik. Langkah nyata dalam program itu antara lain mendesain kemasan produk yang ramah lingkungan, membuat inisiatif daur ulang sampah, kolaborasi dengan mitra bisnis untuk praktik berkelanjutan, dan mengedukasi masyarakat. 

"Di destinasi wisata Bali misalnya, kami memperkenalkan kemasan cube dengan label emboss, yang mudah didaur ulang, menggunakan botol kaca, juga menggunakan kemasan 100 persen botol platik daur ulang," kata dia. 

Sementara, General Manager Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO), Zul Martini Indrawati, menegaskan kerja kolaboratif dalam penanganan sampah harus dikuatkan. Saat ini, IPRO memiliki 19 anggota yang merupakan perusahaan brand owner dan produsen kemasan. 

"Melalui IPRO, para member memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan pengumpulan dan daur ulang sampah kemasan," kata Martini.

Menurut dia, IPRO bekerja sama dengan banyak mitra yaitu pengumpul sampah kemasasan dan pendauran ulang. 

Baca Juga: KLHK Sebut, Salah Satu Persoalan Sampah Adalah Perilaku Penggunaan Plastik Sekali Pakai

"Ke depan kita berharap ada hotel dan restoran yang bergabung dengan IPRO untuk melakukan penanganan sampah secara kolaboratif," ucap Martini.

Pentingnya kolaborasi juga diungkapkan oleh pendiri perusahaan pengolahan sampah di Labuan Bajo, Kole Project, Putra Hawan. Ia mengatkan pengelolaan sampah harus melibtakan banyak pihak antara lain komunitas, masyarakat, pemerintah, dan produsen.

"Tanpa kolaborasi, penanganan sampah tidak akan mencapai hasil maksimal," kata Putra Hawan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: