Lewat Webinar, Tunas Hijau Tolak Rencana Jepang Perihal Limbah Nuklir
Belakangan ini, rencana Jepang membuang limbah nuklir ke laut lepas menuai banyak pertentangan dari banyak pihak, hal ini menjadi salah satu topik di seluruh Indonesia. Anda dapat melihat banyak baliho yang bergambar pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima dengan tagline "TOLAK 1.25 JUTA TON LIMBAH NUKLIR FUKUSHIMA" di DKI Jakarta.
Pecinta lingkungan mengatakan baliho tersebut merupakan salah satu tindakan penolakannya terhadap keputusan pemerintah Jepang.
Organisasi lingkungan hidup Tunas Hijau (TH) melalui zoom dan Live Youtube Tunas Hijau ID menggelar Webinar dengan tema "Lebih Dekat Dengan Teknologi Nuklir" pada Sabtu (17/6/2023).
Webinar ini diikuti sekitar 3.800 orang, dan kebanyakan pesertanya adalah guru-guru dan murid-murid dari berbagai sekolah. Webinar ini merupakan bentuk pengawalan terhadap penolakan keputusan Jepang untuk membuang air limbah nuklir Fukushima ke laut.
Mantan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional, Prof.Dr.Djarot S. Wisnubroto, Peneliti Senior Pusat Riset Teknologi Daur Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ir. Sucipta, M.Si menjadi narasumber dalam webinar ini.
Menurut Prof Djarot dalam paparannya, bahwa limbah nuklir yang masih terkontaminasi tidak boleh dibuang ke laut. Sebab air limbah nuklir mengandung racun aktif yang berbahaya.
Sucipta juga menjelaskan bahwa ia menyayangkan sikap pemerintah Jepang karena tidak memperhatikan kesehatan masyarakat dan lingkungan.
"limbah radioaktif adalah limbah yang mengandung atau terkontaminasi radionuklida pada konsentrasi atau aktivitas lebih besar dari tingkat yang diizinkan oleh badan pengawas. Jika pemerintah melepaskan limbah nuklir harus menjamin kesehatan masyarakat, melindungi kualitas lingkungan hidup dan menjamin keselamatan dan kesehatan generasi mendatang. Namun, limbah nuklir Fukushima mengandung radioaktif tritium, cesium-137, dan carbon-14, jika radioaktif ini akan masuk ke dalam sistem rantai makanan, yang akhirnya akan terakumulasi di dalam jaringan tubuh manusia yang mengkonsumsinya." lanjut Sucipta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement