Campaigner Market Forces, Nabilla Gunawan mengatakan, untuk mencapai target menahan suhu muka bumi di angka 1,5 derajat celcius, maka energi yang bersumber dari fosil harus terus dikurangi.
Pasalnya, jika tidak dikurangi ataupun tetap menggunakan energi fosil utamanya batu bara, peningkatan suhu muka bumi akan tinggi dan berdampak pada terjadinya bencana alam di dunia.
"No fossil fuel infrastruktur, gas, coal to gas, semua jenis fossil fuel untuk menghindari kondisi tersebut," ujar Nabilla dalam diskusi di Jakarta, Kamis (6/7/2023).
Baca Juga: Energi Fosil Tetap Dibutuhkan Hingga 50 Tahun ke Depan
Nabilla mengatakan, saat ini negara-negara di seluruh dunia sudah mencanangkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara untuk dipensiunkan atau ditutup pada tahun 2040.
Selain itu, produksi batu bara seluruh dunia harus turun 11 persen setiap tahunnya terhitung sejak tahun 2020.
Dengan begitu, ia mempertanyakan adanya pembangunan PLTU baru yang dilakukan oleh beberapa perusahaan di Indonesia. Menurutnya, jika sekarang dibangun PLTU baru dengan keperluan apa pun, secara tidak langsung sudah melawan arus dunia.
Pasalnya, pada tahun 2022 dan 2019 terdapat beberapa riset yang menunjukan bahwa seluruh dunia sudah seharusnya membatasi produksi batu bara.
"Kalau dibangun sekarang kan, PLTU bisa hidup 30 tahun-40 tahun, jadi (mengeluarkan) emisinya setiap tahun selama 50 tahun. Jadi, sebenarnya tahun 2022-tahun 2019 riset sudah menunjukkan bahwa seharusnya membatasi produksi batu bara dan terakhir tahun 2022 tidak ada infrastruktur batu bara fossil fuel baru, ini berdasarkan data," ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Advertisement