Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PKS, Mulyanto mengatakan, Pertamina harus mencari jalan keluar dan membina Pertashop agar bisa keluar dari kerugian yang dialami.
Menurutnya, salah satu cara agar Pertashop bisa keluar dari kerugian adalah dengan memberikan kewenangan pada Pertashop untuk menjual atau menyalurkan produk selain bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax.
"Tentunya Pertamina wajib membina Pertashop ini. Salah satunya dengan memfasilitasi Pertashop menjadi penyalur produk-produk lain," ujar Mulyanto saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Selasa (18/7/2023).
Baca Juga: Pertamina Perlu Kaji Ulang Proses Due Diligence terhadap Bisnis Pertashop
Mulyanto mengatakan, salah satu produk yang harusnya diberikan kewenangan kepada Pertashop untuk disalurkan adalah pelumas milik Pertamina atau memberikan kewenangan untuk menjadi pangkalan gas LPG 3 kg atau gas melon.
"Memfasilitasi Pertashop ini menjadi penyalur produk-produk lain yang mungkin dan menguntungkan seperti pelumas dan lain-lain, termasuk menjadi pangkalan gas melon," ujarnya.
Lanjutnya, mengenai permintaan pengusaha Pertashop untuk menyalurkan BBM subsidi terutama jenis Pertalite dan solar, hal tersebut harus dibicarakan kembali dengan BPH Migas.
"Kalau menjual BBM bersubsidi ini masuk wilayah BPH Migas, bukan kewenangan Pertamina," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Umum Paguyuban Pengusaha Pertashop Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta (Jateng-DIY) Gunadi Broto Sudarmo mengatakan, sebanyak 201 dari 448 pengusaha Pertashop mengalami kerugian akibat harga jual Pertamax dan Pertalite yang terlampau jauh.
"Dari 448 Pertashop itu ada 201 yang rugi. Pertashop yang tutup merasa terancam untuk disita asetnya karena tidak sanggup untuk (membayar) angsuran bulanannya ke bank yang bersangkutan," ujar Gunadi dalam audiensi dengan Komisi VII DPR RI dikutip, Selasa (11/7/2023).
Gunadi mengatakan, kondisi tersebut terjadi sejak harga jual Pertamax mengalami kenaikan hingga pernah berada di Rp13.300 dan saat ini dijual seharga Rp12.400-Rp13.100 di sejumlah titik di Indonesia.
Sementara harga jual Pertalite di tahun lalu naik dari Rp6.750 menjadi Rp10.000 per liter. Artinya, ada selisih harga yang besar. Menurutnya, kenaikan harga Pertamax pada April 2022 lalu menjadi Rp12.500 menganggu pemasukan para pengusaha Pertashop.
"Dengan adanya disparitas harga, omzet kami menurun drastis hingga 90 persen, usaha Pertashop tidak memperoleh keuntungan, justru merugi," ujarnya.
Baca Juga: Cara Selamatkan Bisnis Pertashop dari Kerugian: Pertamina Berikan Izin Jual Pertalite
Berdasarkan data per Desember 2022, ada 47 persen Pertashop yang hanya mampu menjual di kisaran 0-200 liter per hari. Menurutnya, dengan tingkat penjualan ini, pengusaha Pertashop mengalami kerugian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement