Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Atasi Krisis Iklim, Energi, dan Ekonomi, Profesor Stanford University: Kurangi Migas!

Atasi Krisis Iklim, Energi, dan Ekonomi, Profesor Stanford University: Kurangi Migas! Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perubahan iklim, krisis energi, dan ketidakstabilan ekonomi telah menjadi tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini. Semakin meningkatnya suhu global, peningkatan ketergantungan pada sumber energi terbatas, dan ketidakseimbangan ekonomi, semakin mendesak untuk mengatasi krisis-krisis ini dan mencapai keberlanjutan jangka panjang bagi planet Bumi dan masyarakat global.

Roland Horne, profesor bidang rekayasa reservoir di Departemen Rekayasa Pertambangan dan Sumber Daya Alam di Stanford University, mengatakan pandangannya bahwa krisis energi masih belum ada cara untuk mencapai keberlanjutan atau mengatasi perubahan tersebut.

“Menyoal medan energi, seperti yang Anda ketahui, energi primer bumi 2/3-nya adalah bahan bakar fosil. Jadi, itu semua harus diganti. Sebelum kita bisa mencapai keberlanjutan atau mengatasi perubahan iklim, bagaimana cara yang tepat untuk melakukannya masih belum jelas, bahkan bagi para profesional di bidang energi sekalipun,” ujar Horne, dikutip dari kanal Youtube Gita Wirjawan pada Rabu (26/07/2023).

Baca Juga: Ciptakan Ketahanan Energi, PGN Siapkan Infrastruktur Pendukung

Ia mengatakan salah satunya cara adalah mengurangi penggunaan energi seperti minyak dan gas. Penggunaan sumber daya energi itu dapat berpengaruh terhadap perubahan iklim yang menyebabkan cuaca ekstrem hingga menimbulkan kerugian nyata bagi kehidupan manusia dan ekonomi.

“Jadi, apa yang bisa dan paling tepat kita lakukan adalah membatasi (penggunaan) minyak dan gas, agar perlahan bisa tergantikan di masa mendatang, saya tidak tahu berapa lama, tapi mungkin 100 tahun. Saya terkadang mengatakan kita harus berhenti besok dan menggunakan solar sebagai gantinya, dan kita harus melakukannya. Kita harus mengganti minyak dan gas dengan energi terbarukan lainnya, termasuk matahari, panas bumi, dan lainnya,” tegas Horne.

Cuaca ekstrem sebagai akibat perubahan iklim telah menyebabkan kehilangan nyawa dan mengganggu perekonomian. Cuaca ekstrem memengaruhi aktivitas produksi, transportasi, dan distribusi sumber daya energi dan pangan, yang berimbas pada fluktuasi harga kedua komoditas ini dan memperumit isu ketahanannya.

“Contohnya, pada musim panas tahun 2022, Eropa mengalami gelombang panas terburuk dalam 500 tahun terakhir, menyebabkan suhu mencapai 400 C di beberapa wilayah dan berdampak pada kekeringan lahan pertanian,” terangnya.

Mengetahui perubahan yang sangat ekstrem itu, ada beberapa wilayah di dunia yang sudah melangkah menuju masa depan yang berkelanjutan dan mengatasi krisis tersebut, khususnya California. Di California, panas bumi meningkat 6% akibat dari produksi listrik.

“California adalah praktik baik terkait seberapa cepat Anda bisa melakukannya. California cukup berhasil menerapkan energi terbarukan, dan mungkin kita bisa mendapatkan hingga 30% energi terbarukan,” imbuhnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: