- Home
- /
- Government
- /
- Government
CENTRIS Minta Pemerintah Inggris Tindak Tegas Pelaku Pelecehan Karya Seni
Kawasan Jalan Brick Lane di London, Inggris, yang terkenal dengan seni jalanan berupa lukisan atau coretan di dinding-dindingnya, saat ini tengah dihebohkan dengan kemunculan slogan politik pemerintah komunis Beijing, yang ditulis dalam aksara China.
Video online menunjukkan sekelompok orang menyemprotkan cat dan menuliskan karakter Cina memakai tinta merah besar dengan latar belakang putih, pada malam di akhir pekan kemarin, lansir BBC beberapa waktu lalu.
‘Nilai-nilai inti sosialis’ yang ditulis dalam 12 kata dua-karakter aksara China, diketahui memuat beberapa slogan politik Partai Komunis China yang paling umum, di bawah pemerintahan Presiden Xi Jinping. Tulisan seperti itu mudah dijumpai di berbagai tempat dan kawasan di negeri Tiongkok.
Slogan kemakmuran, demokrasi, kesopanan, keharmonisan, kebebasan, kesetaraan, keadilan, supremasi hukum, patriotisme, dedikasi, integritas, dan persahabatan yang kental dengan jatidiri Partai Komunis China ini, pertama kali diungkap oleh Hu Jintao yang tak lain pendahulu Xi Jinping pada 2012.
Menanggapi hal ini, Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) menghimbau pemerintah Inggris dan negara-negara dunia lainnya termasuk Indonesia, untuk bertindak tegas terhadap para pelaku pelecehan karya seni, apalagi merusak hasil karya dengan sengaja.
Peneliti senior CENTRIS, AB Solissa, menyebut karya seni tidak boleh ditunggangi oleh kepentingan politik atau tujuan tertentu, apalagi dijadikan media kampanye oleh faham komunis China.
“Pemerintah Inggris sebenarnya sudah membuat aturan denda sebesar £800 dilengkapi dengan keterangan bahwa grafiti dan flyposting, merupakan tindak pelanggaran hukum,” kata AB Solissa kepada wartawan, Jum’at, (11/8/2023).
Apalagi, lanjut AB Solissa, slogan-slogan yang diduga sengaja dibuat oleh oknum atau simpatisan komunis China ini, menutupi areal tertentu yang dijadikan tempat penghargaan untuk seniman jalanan populer, Marty, yang dilukis oleh sesama seniman ternama yakni, Benzi Brofman.
“Jelas ini pelanggaraan hukum dan wujud nyata pelecehan terhadap karya seni dunia yang patut diduga dilakukan oleh oknum atau simpatisan komunis Beijing,” jelas AB Solissa.
Aksi ‘kampungan’ ini langsung mendapatkan respons warga Inggris khususnya para pencinta seni, yang menambahkan kata “no” (tidak) di depan slogan tersebut.
Sebagian besar slogan-slogan tersebut juga telah ditutupi dengan narasi sentimen anti Partai Komunis China.
“Dari laporan Voice Of Amerika (VOA), slogan-slogan tersebut menarik komentar negatif secara online dan orang-orang pergi ke Brick Lane untuk menulis komentar kritis terhadap Beijing,” ujar AB Solissa.
Komentar yang di tulis warga Inggris antara sebagian besar mengkritik aksi pelanggaran HAM yang terjadi di Xinjiang dimana jutaan minoritas Uighur saat ini tengah menghadapi upaya genosida oleh Beijing.
Bukan hanya itu saja, warga Inggris juga menuliskan pendapat mereka perihal beberapa daerah yang mereka anggap tengah di jajah China antara lain Tibet, agar segera di bebaskan oleh Beijing.
Ada juga warga yang menuliskan detail referensi tentang pembantaian berdarah di Lapangan Tiananmen tahun 1989, yang memantik warga lainnya untuk menuliskan pelanggaran HAM China yang mereka ketahui di Jalan Brick Lane di London.
“Ibarat senjata makan tuan, aksi kampungan coret-coret oknum atau diduga simpatisan komunis China untuk mengesankan Tiongkok negara bersahaja, justru membuka tabir kejahatan Beijing terhadap kemanusiaan dimata dunia,” pungkas AB Solissa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement