Jokowi Dinilai Sentil Anies, Ganjar, dan Prabowo Sekaligus: Presiden Memang Punya Kekuatan, tapi Jangan Disalahartikan!
Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, menyebut terdapat sejumlah pihak yang ingin disentil Presiden Joko Widodo (Jokowi) lewat pidatonya.
Pidato yang dimaksud adalah pidato Jokowi yang disampaikan dalam Sidang Tahunan MPR, DPR, DPD di Ruang Rapat Paripurna Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (16/8/2023).
Baca Juga: Memaknai Bantahan 'Pak Lurah' oleh Jokowi: Jangan Khawatir, Saya Ini Tidak Cawe-cawe!
"Ada dua pihak yang ingin disentil: pertama adalah pihak menganggap presiden cawe-cawe, kedua adalah pihak-pihak yang berebut endorsement presiden," kata Djayadi Hanan, dikutip dari YouTube CNN Indonesia, Minggu (20/8/2023).
Untuk kubu yang pertama, Djayadi menyebut kubu Surya Paloh dan NasDem, yakni Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Diketahui, KPP yang mendukung bakal capres Anies Baswedan diisi oleh NasDem, PKS, dan Demokrat.
"Karena KPP menyatakan presiden tidak boleh cawe-cawe, presiden harus memberikan kesempatan pada semua orang, menjaga jarak, dsb. Untuk itu, presiden menyatakan saya tidak cawe-cawe walaupun saya punya kekuatan besar. Kira-kira seperti itu," jelasnya.
Selanjutnya, adalah pihak PDI Perjuangan (PDIP) yang mengusung Ganjar Pranowo dan kubu Prabowo Subianto. Diketahui, dua kubu tersebut berebut klaim soal dukungan Jokowi.
"Yang kedua, pihak yang selama ini mencoba untuk menggunakan kedekatan dengan presiden, yang berebut klaim bahwa merekalah yang di-endorse oleh presiden. Dua pihak ini kita tahu semua adalah PDIP, Ganjar Pranowo, dengan pihak Prabowo," terang Djayadi.
Dia menjelaskan bahwa kubu Prabowo dan Ganjar dalam kenyataannya memang membutuhkan endorsement dari Presiden. Sedikit atau banyak, suara Jokowi bisa memengaruhi pemilih yang sampai saat ini masih setia padanya, masih menunggu sinyal dari Presiden.
"Di satu sisi, presiden ingin menyatakan bahwa sebagai presiden memang dia punya kekuatan, tapi pada saat yang sama, itu tidak boleh disalahartikan," pungkasnya.
Baca Juga: Main ke Pasar, Jokowi Sebut Harga Pangan Saat Ini Sangat Murah Sekali
Diketahui, salah satu pernyataan Jokowi dalam pidato kenegaraa dalam Sidang Tahunan MPR, DPR, DPD pada Rabu lalu adalah bantahannya terhadap sebutan "Pak Lurah". Sebutan itu sering digunakan politisi untuk menjawab manuver politik partainya dalam Pilpres 2024.
"Sedang tren ini di kalangan politisi dan parpol, setiap ditanya capres dan cawapresnya jawabannya 'belum ada arahan Pak Lurah'. Saya sempat mikir, siapa ini Pak Lurah. Sedikit-sedikit kok Pak Lurah, belakangan saya tahu, yang dimaksud Pak Lurah ternyata saya. Ya saya jawab saja, saya bukan Lurah, saya adalah Presiden Republik Indonesia," kata Jokowi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Puri Mei Setyaningrum
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait:
Advertisement