Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Memaknai Bantahan 'Pak Lurah' oleh Jokowi: Jangan Khawatir, Saya Ini Tidak Cawe-cawe!

Memaknai Bantahan 'Pak Lurah' oleh Jokowi: Jangan Khawatir, Saya Ini Tidak Cawe-cawe! Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR - DPD Tahun 2023 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2023). Hadir juga Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kiri). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/Spt. | Kredit Foto: Antara
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bantahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal "Pak Lurah" yang belakangan sering disebut politisi untuk dirinya masih menyita perhatian publik. Dalam Sidang Tahunan MPR, DPR, DPD di Ruang Rapat Paripurna Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (16/8/2023), Jokowi dengan tegas menyebut bahwa dirinya adalah Presiden Indonesia, bukan lurah.

Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, mengatakan setidaknya ada 3 makna yang bisa dilihat dalam pidato Jokowi. Pertama, katanya, Jokowi ingin menegaskan poisinya sebagai Presiden Indonesia.

Baca Juga: Jokowi hingga Gibran Dinilai Solid Dukung Ganjar, Kode Rambut Putih Hingga Tempel Stiker di Rumah Warga

"Pertama, lurah itu kan pimpinan di tingkat terendah di Indonesia, desa atau kelurahan. Jokowi ingin menyatakan bahwa dia adalah presiden, bukan lurah. Posisi presiden lebih tinggi dari lurah. Itu berarti dia punya kekuatan yang lebih besar daripada lurah," jelasnya, dikutip dari YouTube CNN Indonesia, Minggu (20/8/2023).

Kedua, Jokowi dinilai ingin menyatakan bahwa dirinya tak punya peran formal dalam dinamika politik di Indonesia. Kata Djayadi, Jokowi menegaskan bahwa tidak ikut campur atau cawe-cawe dalam keputusan sejumlah partai politik menuju gelanggang Pilpres 2024.

"Presiden tidak punya peran formal dalam, misalnya koalisi parpol, siapa capres, dsb. Dalam bahasa yang lain, presiden ingin menyatakan 'jangan khawatir, saya ini tidak cawe-cawe, tidak berpihak secara khusus pada pihak tertentu, dan tidak menggerakkan kekuatan yang saya miliki'," jelasnya.

Selain dua makna di atas, Jokowi pun dinilai ingin menyampaikan pesan kepada penggantinya kelak bahwasanya Indonesia merupakan negara multikulturalisme. Dengan begitu, Jokowi berharap Presiden Indonesia selanjutnya menghargai dan merawat keberagaman bangsa Indonesia.

"Bisa juga makna ketiga, presiden bicara di depan publik dalam pidato kenegaraan dan konteksnya presiden mengenakan pakaian adat nusantara, dia ingin menyatakan: yang menjadi concern beliau adalah siapa pun penggantinya kelak, haruslah orang yang peduli dengan segala bentuk keragaman, kekuatan yang ada di nusantara. Berkali-kali presiden menyatakan bahwa salah satu kekuatan bangsa Indonesia adalah keragaman bangsa," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Puri Mei Setyaningrum
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: