Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Survei LSN: Ganjar Gagal Rebound, Prabowo Belum Terkejar

Survei LSN: Ganjar Gagal Rebound, Prabowo Belum Terkejar Kredit Foto: Detik
Warta Ekonomi, Bandung -

Lembaga Survei Nasional (LSN) merilis hasil survei terbaru tentang dinamika elektabilitas tiga capres papan atas lima bulan jelang Pemilu 2024. 

Hasilnya, elektabilitas Prabowo Subianto belum terkejar dan masih kokoh bertengger di puncak survei. Sementara Ganjar Pranowo gagal membuat rebound, meski berbagai strategi konsolidasi terus digencarkan di berbagai daerah.

"Elektabilitas Ganjar masih konsisten di posisi kedua dan Anies Baswedan masih istiqomah di peringkat ketiga," kata Direktur Eksekutif LSN, Gema Nusantara Bakry kepada wartawan secara daring, Jumat (1/9/2023).

Baca Juga: Surya Paloh Sepakati Kerja Sama dengan PKB Soal Duet Anies-Cak Imin, Begini Respons Prabowo Subianto

Gema menjelaskan hasil survei nasional terbaru ini dilaksanakan pada 15-25 Agustus 2023 di 38 provinsi di seluruh Indonesia. Populasi dari survei ini adalah seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah berumur minimal 17 tahun (memiliki e-KTP).

Jumlah sampel sebanyak 1.420 responden yang diperoleh melalui teknik pengambilan sampel secara acak berjenjang (multistage random sampling). Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara tatap muka dengan responden dipandu kuesioner.

"Sedangkan ambang kesalahan (margin of error) yang ditetapkan dalam survei ini sebesar +/- 2,6% dengan tingkat kepercayaan (level of confidence) 95%," ujarnya.

Gema menyebutkan validasi data mengacu pada data kependudukan yang dikeluarkan BPS. Berdasarkan hasil survei LSN, melalui berbagai format pertanyaan dan simulasi, mulai dari pertanyaan terbuka (top of mind), pertanyaan tertutup (simulasi 12 nama), pertanyaan tertutup (simulasi tiga nama), hingga simulasi secara head to head, Prabowo Subianto selalu memimpin atas Ganjar Pranowo maupun Anies Baswedan.

"Ini mengindikasikan bahwa elektabilitas Prabowo sebagai capres absolut belum terkejar oleh Ganjar maupun Anies dan masih kokoh bertahan di puncak teratas rating survei," ungkapnya.

Ketika LSN mengajukan pertanyaan secara terbuka (top of mind) siapakah yang akan dipilih jika saat ini dilaksanakan Pilpres, sebanyak 28,9% secara spontan menyebut nama Prabowo Subianto. Sementara yang menyebut nama Ganjar sebanyak 17,5% dan Anies hanya 13,2%. 

"Ini artinya ketika secara spontan kita sebut kosa kata “Presiden RI 2024”, nama Prabowo paling banyak terlintas di pikiran publik," ujarnya.

Kemudian, kata Gema, ketika LSN mengajukan pertanyaan secara tertutup (siapakah yang dipilih responden dari 12 nama tokoh yang disodorkan LSN, Prabowo Subianto tetap kokoh di puncak dengan elektabilitas 33,9%. Sedangkan Ganjar hanya dipilih oleh 22,1% dan Anies menjadi pilihan 16,2% responden.

Begitu pula saat LSN membuat simulasi Pilpres hanya diikuti tiga kandidat saja, Prabowo semakin menguat dengan elektabilitas 40,7%. Sementara Ganjar hanya didukung oleh 31,4% responden dan Anies menjadi pilihan 22,1% responden.

Hegemoni Prabowo Subianto atas Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan semakin absolut tatkala LSN membuat simulasi head to head. Dengan asumsi Prabowo dan Ganjar lolos ke putaran kedua, kemudian LSN mengajukan pertanyaan kepada responden, siapakah yang dipilih dari kedua capres tersebut.

Ternyata jarak (gap) elektabilitas antara Prabowo dan Ganjar semakin melebar. Prabowo dipilih oleh 53,2% dan Ganjar didukung 39,1% responden. Kemudian dengan asumsi Ganjar tereliminasi, sehingga yang lolos ke putaran kedua adalah Prabowo dan Anies, siapakah yang dipilih responden.

"Ternyata Prabowo semakin dominan dengan elektabilitas 58,6% dan Anies hanya dipilih 36,5% responden," katanya.

Ganjar Pranowo Gagal Membuat Rebound

Merespons stagnasi elektabilitas yang dialami Ganjar Pranowo, tim pendukung capres PDI Perjuangan itu gencar melakukan konsolidasi politik, perubahan strategi dan branding dalam sebulan terakhir. Terlebih usai bergabungnya Budiman Sujatmiko dan dua partai besar (Golkar dan PAN) dalam barisan pendukung Prabowo, konsolidasi politik di berbagai daerah basis massa PDI Perjuangan nampak semakin intensif.

Kendati demikian, berbagai upaya yang dilakukan kubu Ganjar untuk mendongkrak elektabilitas Gubernur Jawa Tengah belum memperlihatkan hasil yang signifikan.

"Ganjar belum berhasil alias gagal membuat rebound elektabilitas sebagaimana yang diharapkan," ujarnya.

Gema mengungkapkan elektabilitas Prabowo sejauh ini (setidaknya menurut hasil survei LSN) masih kokoh di puncak survei, bahkan secara head to head semakin jauh meninggalkan Ganjar maupun Anies.

Sementara itu, elektabilitas Ganjar gagal rebound dan posisi Prabowo masih dominan di papan survei. Hal ini berdasarkan analisis LSN, setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan kondisi tersebut.

Pertama, faktor Jokowi merupakan variabel yang tak bisa disangkal sebagai penyebab utama sulitnya Ganjar mengejar elektabilitas Prabowo. Dengan tingkat kepuasan publik alias approval rating yang terus meningkat, Jokowi bagaikan seorang begawan yang restu atau endorsement-nya akan selalu ditunggu dan diperebutkan banyak orang.

Dari berbagai sinyal kedekatan yang dipertontonkan selama ini, mayoritas publik meyakini bahwa restu sang begawan jatuh pada Prabowo.

"Inilah yang menyebabkan para pengikut Jokowi yang selalu mengucapkan konsep “tegak lurus” menjatuhkan pilihan pada Prabowo, dan bukan pada Ganjar," katanya.

Faktor kedua, fenomena menurunnya sentimen positif terhadap PDI Perjuangan. Usai berselisih dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), sentimen negatif terhadap PDI Perjuangan memperlihatkan tren meningkat.

Sebaliknya, berdasarkan analisis media monitoring yang dilakukan LSN, sentimen positif terhadap partai yang dikomandani Megawati itu semakin menurun. Ini pada gilirannya membuat Ganjar sebagai petugas partai yang tengah diusung PDI Perjuangan untuk menjadi capres 2024 terkena dampaknya.

Sentimen negatif terhadap Ganjar meningkat dan banyak elemen pendukung Jokowi semakin deras bermigrasi ke Prabowo.

"Dipilihnya baju bergaris hitam putih dan semakin jarangnya Ganjar mengenakan baju merah PDI Perjuangan mengindikasikan bahwa kubu Ganjar memahami simbol-simbol partai banteng kurang membawa keberuntungan, setidaknya untuk saat ini," jelasnya.

Sedangkan faktor ketiga, keberhasilan kubu Prabowo Subianto membangun strategi inklusif untuk menampung dan mempersatukan seluruh komponen bangsa.

"Kini semua orang, semua unsur masyarakat maupun kekuatan politik seakan-akan merasa nyaman bersama Prabowo," pungkasnya.

Baca Juga: Bertengger di Posisi Kedua Survei LSI, PPP Yakin Sandiaga Uno Bakal Dampingi Ganjar Pranowo

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: