Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tingkat Kunjungan Mal Semakin Ramai, Hippindo: Konten Jadi Kunci Keberlangsungan Pusat Perbelanjaan

Tingkat Kunjungan Mal Semakin Ramai, Hippindo: Konten Jadi Kunci Keberlangsungan Pusat Perbelanjaan Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi Covid-19 telah meninggalkan jejak yang terasa di berbagai sektor, termasuk industri ritel dan pusat perbelanjaan. Namun, dalam tengah krisis, terlihat adanya perubahan drastis dalam perilaku konsumen terutama terkait dengan pusat perbelanjaan di Indonesia.

Yongky Susilo, Dewan Penasehat Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), mengatakan bahwa mal di Indonesia harus menghadirkan daya tarik yang unik untuk bisa dijadikan konten. Saat ini, konten adalah kebutuhan mutlak, terutama bagi generasi muda. Pusat perbelanjaan bukan hanya tempat untuk belanja, tetapi juga untuk bersosialisasi, mencari hiburan, dan menikmati pengalaman.

“Sejak dibukanya lockdown, konsumen sekarang mulai keluar. Mal tidak hanya digunakan untuk berbelanja, tapi juga untuk bersantai, makan enak, hiburan, bermain di playground, mini zoo, restoran, dan gym. Mal adalah tempat sosial di mana orang bertemu teman, berbisnis, dan menikmati berbagai aktivitas,” jelas Yongky, dikutip dari kanal Youtube Prof. Rhenald Kasali pada Sabtu (30/9/2023).

Baca Juga: Apresiasi Pelanggan Setia, Mal Ciputra Tangerang Tebar Hadiah Fantastis Mobil dan Motor Listrik

Menurutnya, mal sekarang menjadi lebih hidup. Bahkan di paruh pertama tahun 2023, meskipun belanja mengalami penurunan, orang-orang tetap ramai berkunjung ke mal. Mal kelas menengah ke atas mencatat tingkat kunjungan hingga 89%.

“Bisa dilihat sekarang cari parkir saja susah. Kalau mal yang tidak begitu ramai memang dia mal-nya kecil,” lanjutnya.

Konsumen di Indonesia memiliki perilaku unik, meskipun belanja kurang aktif karena inflasi tinggi, tempat makan tetap ramai. Restoran-restoran mewah di Jakarta sering kali penuh dan memerlukan reservasi mingguan, terutama pada akhir pekan. Maka dari itu, penting bagi pusat perbelanjaan dan restoran untuk menciptakan suasana dan pengalaman baru yang menarik.

Pentingnya menciptakan pengalaman ini juga tercermin dalam fenomena social media commerce, di mana sekitar 86% orang yang berbelanja cenderung menciptakan konten. Konten ini bisa berupa unboxing atau pengalaman belanja yang mereka bagikan di media sosial, menciptakan efek viral dan daya tarik tersendiri bagi tempat tersebut.

Dalam rangka menarik konsumen, Yongky menyarankan mal perlu memiliki daya tarik kuat, seperti adanya supermarket dan department store besar. Restoran juga harus memiliki daya tarik, bisa berupa makanan lezat, konsep unik, atau cerita yang bisa dijadikan konten untuk disebarkan dan menjadi viral.

“Hypermart sekarang yang kelihatannya sepi dan mau tutup, tapi supermarket lain yang ramainya minta ampun seperti di AEON Mall. Kenapa? Karena AEON punya konten makanan Jepang. Banyak anak-anak muda beramai-ramai ke AEON untuk makan sushi di sana,” ujarnya.

Pusat perbelanjaan di Indonesia harus memahami bahwa mereka tidak hanya berkompetisi dalam hal produk dan harga, melainkan juga dalam hal menciptakan pengalaman dan konten yang menarik bagi konsumen. Dalam era digital ini, menjadi daya tarik dan konten adalah kunci bagi kelangsungan dan kesuksesan pusat perbelanjaan di masa depan.

“Memang semua mal tetap harus evolusi menghadapi situasi. Kalau dalam kondisi susah, maka mereka harus berupaya modifikasi,” ungkap Yongki.

Baca Juga: Semakin Yakin Merambah Kawasan Ritel, Great Eastern Kolaborasi dengan BTPN

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: