Kemendikbudristek Dukung Terwujudnya Kesetaraan Hak Disabiltas di Perfilman
Guna memberikan kesempatan kepada masyarakat penyandang disabilitas untuk berekspresi dan mengembangkan kreativitasnya sekaligus mewujudkan kesetaraan hak di bidang perfilman nasional, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Komunitas Cinta Film Indonesia (KCFI) menggelar Workshop Peran Disabilitas Dalam Perfilman Nasional.
Kegiatan berlangsung di Gedung Pertemuan Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (2/10/2023), dihadiri Kepala Dinas Sosial Kota Semarang Heroe Soekendar dan diikuti para peserta dari pegiat dan penyandang disabilitas, komunitas film dan sineas, mahasiswa, pelajar, guru, serta akademisi.
Ketika ditemui di tempat yang berbeda, Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek Ahmad Mahendra mengatakan, film merupakan satu karya seni tinggi pemikiran manusia yang didalamnya juga terkandung nilai sosial maupun kemanusiaan untuk pemajuan kebudayaan.
Oleh sebab itu, lanjut Mahendra, Kemendikbudristek memberikan dukungan besar terhadap workshop yang diselenggarakan sebab dipandang mendorong terciptanya semangat persamaan, keterlibatan, dan partisipasi para penyandang disabilitas agar ikut berkarya pada ruang seni budaya.
Menurut Mahendra, dengan kesetaraan hak seni budaya tersebut, maka akan muncul penyandang disabilitas yang mandiri serta percaya diri untuk ikut berkompetisi memberikan produksi film nasional terbaik.
“Para penyandang disabilitas memiliki hak dan prioritas yang sama dalam mengembangkan ide serta inspirasinya dalam karya film. Kelompok penyandang disabilitas juga mempunyai potensi diri yang perlu digali melalui salah satu cara seperti workshop hari ini,” tutup Mahendra.
Sedangkan Koordinator Pokja Perizinan dan Arsip Kemendikbudristek Nuzul Kristanto menyebut, dengan penyebarluasan informasi ini ikut mengedukasi masyarakat bahwa penyandang disabilitas juga dapat berperan serta yang sama di bidang seni budaya dan tidak ada pembedaan.
Nuzul menyampaikan, fakta di lapangan masih kerap ditemukan sebagian masyarakat bahwa para penyandang disabilitas pun dapat berperan yang sama seperti non-disabilitas. Maka diperlukan edukasi secara masif sehingga mewujudkan masyarakat inklusi atau yang menerima segala perbedaan.
Kemudian Founder KCFI Budi Sumarno mengungkapkan, wadah dan ruang untuk berkarya kepada penyandang disabilitas perlu terus diberikan secara luas oleh pemerintah dan komponen masyarakat lainnya.
Sumarno mengemukakan, melalui tersedianya hal itu akan berkontribusi pada terciptanya lapangan kerja kreatif di perfilman nasional sekaligus mendorong lahirnya sineas bertalenta dari kelompok penyandang disabilitas.
“Muaranya adalah hadirnya masyarakat inklusi. Semua masyarakat Indonesia, disabilitas dan non-disabilitas, dapat sama-sama memajukan kebudayaan film Indonesia dengan ide-ide dan kepercayaan diri yang baik,” papar Sumarno.
Dalam Workshop Peran Disabilitas Dalam Perfilman Nasional diselenggarakan diskusi bertema Pengenalan Tentang Apa Inklusi Film dan Bagaimana Peran Disabilitas Dakam Perfilman Nasional.
Kemudian juga di penghujung acara ditayangkan pemutaran film Bioskop Berbisik berjudul Sang Pemberani yang mengisahkan mengenai tekad dan keberanian seorang karateka muda dalam meraih impian dengan latar belakang kondisi sosial masyarakat Aceh pasca tsunami.
Namun mental remaja yang masih labil, menyebabkan sosok karateka muda tersebut kerap kalah dalam seleksi karate daerah. Akhirnya berkat dukungan dua pelatih berpengalaman, sang karakteka muda mampu merealisasikan cita-citanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement