Strategi Country Manager Igloo Indonesia Naikkan Angka Literasi Asuransi
Country Manager Igloo Indonesia, Henry Mixson, beberapa waktu lalu bercerita mengenai tantangan menaikkan angka literasi asuransi di Indonesia. Ia merujuk dari laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), angka literasi asuransi di Indonesia masih mencapai 31%. Mewakili industri teknologi asuransi (insurtech), Warta Ekonomi mewawancarai Henry secara langsung di kantor Igloo Indonesia di Jakarta pada Jumat (15/9/2023). Berikut wawancaranya.
Belakangan industri insurtech memukul mundur para perusahaan rintisan (startup) di Indonesia, apa yang membuatnya terjadi?
Oke, jadi memang insurtech ini sedikit lebih kompleks, karena Indonesia punya fintech yang memang agak straight forward. Contohnya kalau fintech sendiri kan kita mau bayar, enggak usah dijelasin ya cara bayar, hanya berubah cara bayarnya, sebenarnya bayarnya sama.
Misalnya mereka peer to peer (P2P) lending, dia mau pinjam uang, hanya saja dia sudah mengerti pinjam uang, tinggal caranya online begitu kan.
Jadi sebenarnya agak simpel, kalau asuransinya itu sendiri, memang dari awal dulu itu bukan sesuatu yang sangat gampang untuk dimengerti. Jadi memang proses perkembangannya, saya rasa fintech dan insurtech itu mulanya justru dulu hampir-hampir sama ya.
Kalau di luar negeri mungkin dari awal 2010-an itu sudah mulai berkembang, untuk Indonesia sendiri itu kurang lebih 2014-an itu sudah mulai terdengar ada insurtech dan lain-lain. Bahkan Indonesia sendiri kan 2016 sudah mulai, nah memang dari situ perbedaannya.
Kalau kami lihat tren di insurtech, saya rasa itu masih sejalan dengan fintech, di mana memang fintech dulu kan sampai ratusan. Nah sekarang kan konsolidasi, yang punya lisensi saya dengar kemarin P2P lending sudah jumlahnya seratusan.
Nah insurtech juga sama, tapi mungkin pemainnya enggak sampai ratusan, jadi kalau kelihatan satu pemain sudah agak redup, kelihatan banget begitu, dan satu dari 10 misalnya dibandingkan 10 dari 300 misalnya.
Jadi saya rasa sih ini sesuatu yang wajar, dan konsolidasi itu sesuatu proses yang natural. Karena di awal semua orang mau mencoba, akhirnya beberapa yang mungkin mereka fokusnya kurang, mungkin ada keguguran ya. Di Indonesia sendiri, kalau boleh cerita sedikit, memang masih berjalan sangat kuat dari kami, dan kami itu masih berkembang sangat pesat, dari pendanaan juga sangat-sangat kuat. Karena kemarin bulan Februari, kami baru meraih dana tambahan, US$27 juta dolar (Rp424 miliar) kalau enggak salah. Jadi melengkapi kita 46 [juta dolar] totalnya, 46 [juta dolar], itu melengkapi dari series B kita yang dari tahun lalu. Tahun ini, bulan Februari, kita juga barusan close lagi.
Jadi sebenarnya dari pendanaan kami bagus, pertumbuhan kami bagus, saya rasa sih prospek kami sangat bagus.
Kami juga meluncurkan beberapa terobosan, salah satunya Ignite. Salah satunya sudah kami perbaiki dan juga kami mau terus kembangkan di sana.
Soal investor, saya rasa nih semua investor yang lama sudah masuk lagi ya. Pasti mereka kan mendampingi investor baru kami. Kalau enggak salah, kemarin salah satu yang mendanai kami itu Cathay, Blue Orchard, dan Open Space, dulu juga yang investasi di Gojek. Jadi dari kami yang lead-nya kurang lebih. Masih itu saja. Walaupun memang kami ada beberapa yang berdampak investornya, contohnya Women's World Bank.
Baca Juga: Igloo Sempat Luncurkan Platform Digital Ignite, Ini Kontribusinya Naikkan Angka Literasi Asuransi
Mengenai teknologi Ignite yang dapat meningkatkan literasi asuransi di Indonesia, boleh dielaborasikan apa yang membuatnya dapat menjawab kekhawatiran pelanggan? Terlebih angka literasi asuransi masih 31,7% pada tahun 2022, bagaimana Igloo mengatasi tantangan ini?
Betul, jadi memang ya betul ya, penetrasi dari sisi asuransi sendiri itu sangat-sangat kecil. Kalau angka OJK terakhir itu masih sekitar 3,18% kalau enggak salah ya dan itu angka yang sangat kecil bahkan kalau dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara.
Nah ini salah satu yang kami lihat di pasar, sebenarnya pertama yang tadi mungkin saya sampaikan juga, dari literasinya sendiri. Kami harus punya poin penting juga untuk mengedukasi konsumen dan juga mengedukasi mitra-mitra kami.
Kedua, memang dari sisi keterjangkauan atau affordability. Dari sisi harga kan asuransi kalau harganya mahal, otomatis yang sanggup beli juga berapa persen. Jadi kalau nanti kami bisa buat dia lebih terjangkau, lebih granular, artinya, mungkin sekarang asuransi harus beli tahunan. Kami bisa enggak buat jadi bulanan atau bahkan harian? Kurang lebih begitu.
Karena kan ini durasi itu salah satu poin penting dari risiko. Jadi kalau memang kami bisa buat in that direction, pasti bisa sangat mendukung asuransi di Indonesia.
Apakah Igloo terbuka dengan tahap pendanaan lainnya atau melakukan merger dan akuisisi terhadap startup lainnya?
Kami sebenarnya bukan dalam posisi tersebut untuk berkomkentar soal kesepakatan bisnis. Memang dari Igloo sendiri terbuka untuk prospek-prospek ke depannya, untuk ekspansi dan salah satunya memang akuisisi. Namun kalau untuk kesepakatan bisnis ini saya enggak di posisi begitu untuk berkomentar.
Terus terang memang sekarang justru yang kami dengar itu, ada yang lain lagi yang sudah bareng begitu. Jadi mungkin rumor-rumor lah ya di pasar, saya rasa enggak ada yang berbeda. Namun dari Igloo sendiri tidak menutup kemungkinan untuk mengekspansi, salah satunya memang cara akuisi, baik itu perusahaan sejenis, baik itu mungkin perusahaan asuransi dan lain-lain.
Igloo telah bermitra dengan berbagai perusahaan asuransi di Indonesia, apakah perusahaan terbuka dengan kemitraan lainnya untuk memperbanyak variasi produk dan harga premi kompetitif?
Oh iya pasti, dari sisi kami, memang tidak serta-merta langsung semuanya begitu ya. Tapi lebih ke arah produk-produk apa yang memang dibutuhkan oleh para mitra kami, barang apa yang kira-kira dibutuhkan oleh pelanggan kami, itu yang kami utamakan duluan masuk ke aplikasi Igloo. Jadi kita akan terus menambah.
Awalnya kan kami mulainya dengan hanya kendaraan bermotor atau asuransi mobil. Kami tambahkan lagi, ada kecelakaan diri, terus kami tambahkan travel tadi, nanti ada properti atau rumah, jadi ada kebakaran rumah itu bisa dilindungi semua.
Dan itu kami terus tambah jumlah produk dan juga jumlah mitra asuransinya. Karena kami tidak pungkiri ya, memang dari sisi pelanggan sendiri kadang-kadang mereka sudah nyaman dengan asuransi merek tertentu. Kalau saya mau punya A, kami enggak punya A, ya dia juga mungkin ragu.
Terakhir itu kalau enggak salah 11 mitra di aplikasi, tapi kami terus menambahnya ya.
Selain itu, kami ada produk yang namanya Safe Dining Plan. Jadi kami melayani pelanggan melalui bisnis lain, contohnya DANA. Jadi kita punya mitra bank di aplikasi Dana di Indonesia, dan juga di beberapa perusahaan lainnya yang membantu mereka untuk sediakan asuransi di transaksi mereka.
Contohnya kemarin yang paling baru itu, proteksi berkuliner. Jadi kalau bayar pakai DANA, di restoran, ataupun mungkin di warteg begitu ya. Kira-kira nanti kalau kena keracunan makanan, dia bakal dilindungi asuransi. Dia bisa klaim untuk obat, untuk dokter.
Jadi waktu dia bayar, dia tinggal pilih. Oh saya mau asuransi, dia tinggal klik bayar seperti biasa. Berarti dia sudah otomatis terproteksi dengan polis asuransinya. Dia mulai dari Rp300. Kalau di obat ditanggung, tinggal masukkan di resep obatnya saja.
Kami juga ada beberapa proteksi lain dengan DANA, waktu pelanggan DANA misalnya beli pulsa, mereka bisa beli proteksi untuk ponsel mereka. Jadi mulai dari Rp200, itu udah bisa proteksi.
Kalau nanti ponselnya dalam waktu durasi asuransinya, pecah, misalnya jatuh, pecah layarnya Itu bisa ditanggung. Jadi kami juga mau punya produk seperti itu.
Satu lagi kemarin kami sempat dapat penghargaan itu gamers protection ya. Waktu dia beli voucer game, itu diberikan pilihan untuk beli asuransi untuk gamers proteksinya sendiri. Jadi kalau mereka itu, ditanggung pada umumnya kesehatan gamers. Tapi yang paling unik itu carpal tunnel syndrome, yang sering pegang mouse itu mengalami penyempitan, itu ditanggung juga. Harganya mulai Rp1.000 kan asuransi gamers.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Amry Nur Hidayat
Advertisement