Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Staf Ahli Kemenkeu Sebut Perang Israel-Palestina, Apa Dampaknya ke Indonesia?

Staf Ahli Kemenkeu Sebut Perang Israel-Palestina, Apa Dampaknya ke Indonesia? Kredit Foto: Nadia Khadijah Putri
Warta Ekonomi, Jakarta -

Staf ahli Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan, Arif Wibisono, sempat menyinggung soal kondisi geopolitik di Timur Tengah, yakni perang Israel-Palestina, menjadi faktor pemicu ketidakpastian ekonomi global. Lantas, apa dampaknya ke Indonesia? 

Dalam pidato Arif di acara HSBC Summit 2023 bertema “Navigating Indonesia’s Path: Insight for Today, Visions for Tomorrow” yang diadakan di Jakarta pada Rabu (11/10/2023), menyebutkan bahwa perekonomian global saat ini masih dihadapkan ketidakpastian yang tinggi. Mengacu pada laporan IMF soal World Economic Outlook Oktober 2023, ia memaparkan bahwa perkembangan ekonomi global akan tumbuh sebear 3% tahunan atau year-on-year (yoy) pada tahun 2023, dan 2,9% yoy pada tahun 2026. 

“Kalau kita lihat ekonomi global masih diliputi ketidakpastian, di mana tantangan perekonomian global belum juga mereda, meskipun pandemi telah berakhir, namun kita masih menyaksikan pertumbuhan ekonomi yang berjalan lambat dan tidak merata di berbagai negara,” ujar Arif dalam pemaparannya di acara HSBC Summit 2023 di Jakarta pada Rabu (11/10/2023). 

Baca Juga: Indonesia Desak PBB dan OKI Hentikan Perang Palestina-Israel

Arif menyebutkan, tantangan jangka pendek perekonomian global, yakni inflasi yang masih berada di atas target, suku bunga yang tetap tinggi, akan berlangsung dalam waktu lama. Tidak hanya itu, ia juga menyebutkan tantangan jangka panjang berupa fragmentasi ekonomi dan tendensi geopolitik di Eropa, Asia, dan Timur Tengah—tepatnya perang Israel-Palestina. Semua ini memicu perekonomian global menjadi lambat. 

“Selain tantangan jangka pendek tersebut, perekonomian global juga dihadapkan pada tantangan yang sifatnya jangka panjang seperti fragmentasi ekonomi dan politik global, termasuk perubahan iklim dan pesannya perkembangan digitalisasi dan bahkan aging population,” tambah Arif. 

Meskipun begitu, tantangan-tantangan ini membuat Indonesia bertahan atau resiliens. Hal tersebut ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,17 yoy pada tahun 2022-2023. Menurutnya, ini juga didukung oleh konsumsi masyarakat yang semakin solid, pertumbuhan investasi tinggi sehingga mampu menciptakan tenaga kerja baru dan mengurangi kemiskinan. 

Arif juga sempat menyebutkan, angka partisipasi masyarakat Indonesia terhadap Surat Berharga Negara (SBN) juga meningkat. Alhasil, ini memperkuat fondasi ekonomi nasional dan menstabilkan pasar keuangan domestik di tengah tingginya volatilitas perekonomian global. 

“Didukung oleh arus masuk aliran modalitas aset di pasar SBN, di tengah arus keluar terbatas di pasar saham,” pungkasnya. 

Baca Juga: Serangan Siber yang Targetkan Israel Meningkat setelah Serangan Hamas Palestina, Apakah Berdampak?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: