Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengukur Tantangan dan Peluang Sektor Keuangan Indonesia Berdasarkan Rapat OJK September 2023

Mengukur Tantangan dan Peluang Sektor Keuangan Indonesia Berdasarkan Rapat OJK September 2023 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 27 September 2023 memberikan gambaran menyeluruh mengenai kondisi sektor keuangan nasional. Meskipun terdapat beberapa dinamika global yang memberikan tekanan, terdapat juga potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sektor jasa keuangan Indonesia menunjukkan stabilitas yang mengesankan, didukung oleh fondasi yang kuat dalam hal permodalan dan likuiditas. Profil risiko yang terkendali merupakan bukti bahwa sektor ini memiliki daya tahan dalam menghadapi risiko higher for longer suku bunga global.

Namun, terdapat juga beberapa kekhawatiran. Di Amerika Serikat, tingkat inflasi yang tetap tinggi menantang kebijakan The Fed untuk menjadi lebih hawkish, yang kemungkinan akan memiliki dampak signifikan pada pasar keuangan global. Di Eropa, meskipun tingkat inflasi tinggi, otoritas moneter menandakan bahwa tingkat suku bunga mungkin sudah mencapai puncaknya. 

Sementara di Tiongkok, pemulihan ekonomi yang belum sesuai harapan menghadirkan tantangan tambahan bagi pemulihan ekonomi global. Insentif fiskal dan moneter yang diterapkan oleh otoritas masih terbatas, dan ini menunjukkan perlunya terus memantau dan menanggapi dinamika secara bijak.

Dampak dari situasi global ini dapat dilihat dari kenaikan yield surat utang di AS dan penguatan nilai tukar USD. Hal ini mempengaruhi pasar emerging markets, termasuk Indonesia, yang mengalami tekanan outflow.

Baca Juga: Ada SICANTIKS, OJK Ajak Ibu-ibu Manfaatkan Produk dan Layanan Keuangan Syariah

Di tingkat domestik, tingkat inflasi meningkat sebesar 3,27 persen yoy. Kenaikan ini didorong oleh sejumlah besar kelompok pengeluaran, terutama makanan, minuman, dan tembakau. Meskipun demikian, inflasi inti menunjukkan kecenderungan untuk melambat. Ini tercermin dari penurunan penjualan ritel. Di sisi lain, sektor korporasi terus menunjukkan kinerja yang stabil, dengan PMI Manufaktur tetap di zona ekspansi dan neraca perdagangan masih mencatatkan surplus.

Pasar saham Indonesia mengalami pelemahan tipis sebesar 0,19 persen hingga akhir September 2023. Terdapat sektor-sektor tertentu yang mampu mempertahankan tren kenaikan, seperti sektor barang baku dan energi. IHSG mencatatkan kenaikan sebesar 1,30 persen secara tahunan. Likuiditas transaksi di pasar saham juga mengalami peningkatan.

Di pasar obligasi, meskipun terjadi pelemahan indeks pasar obligasi ICBI sebesar 1,18 persen secara bulanan, namun tetap tercatat kenaikan sebesar 5,91 persen dalam skala tahunan. Aliran dana keluar dari investor nonresident terjadi, dengan jumlah signifikan, tercatat sebesar Rp349,15 miliar secara bulanan dan Rp911,13 miliar dalam skala tahunan.

Di industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) pengelolaan investasi tercatat sebesar Rp838,18 triliun, naik 1,29 persen yoy. Meskipun Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana turun 1,02 persen secara bulanan, investor Reksa Dana membukukan net subscription sebesar Rp0,96 triliun secara bulanan dan Rp9,54 triliun secara tahunan.

Minat penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi, tercatat sebesar Rp190,02 triliun. Terdapat 67 emiten baru yang tercatat, dengan rencana Penawaran Umum senilai Rp41,21 triliun dan rencana IPO oleh 58 perusahaan baru.

Securities Crowdfunding (SCF) juga menunjukkan pertumbuhan positif. Hingga 29 September 2023, terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK. Terdapat 456 penerbit, 161.660 pemodal, dan total dana yang dihimpun mencapai Rp975,13 miliar.

Pengenalan Bursa Karbon Indonesia atau Indonesia Carbon Exchange (IDXCarbon) di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 26 September 2023 merupakan langkah signifikan menuju pembentukan pasar karbon yang lebih kuat. Total nilai perdagangan karbon mencapai Rp29,21 miliar dengan volume unit karbon yang diperdagangkan mencapai 459.953 ton CO2e. Ini menandai langkah penting dalam mempromosikan solusi teknologi berbasis Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Dengan berbagai tantangan dan peluang yang ada, sektor keuangan Indonesia terus menunjukkan ketahanan dan potensi pertumbuhan yang menjanjikan. Penting untuk terus memantau dinamika global dan domestik, serta merumuskan strategi yang tepat untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada.

Baca Juga: Respons Kondisi Global, Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan Segera Sepakati Hal ini

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Amry Nur Hidayat
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: