Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Komitmen HSBC Indonesia Mengakselerasi Ekonomi Hijau

Komitmen HSBC Indonesia Mengakselerasi Ekonomi Hijau Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

HSBC Indonesia dinobatkan sebagai bank yang paling aktif dan berkomitmen dalam mengimplementasikan pembiayaan berkelanjutan di Tanah Air.

Wajah Francois de Maricourt, Presiden Direktur HSBC Indonesia, terlihat sangat serius ketika menyampaikan komitmen pihaknya dalam mendukung implementasi ekonomi berkelanjutan yang rendah karbon di Indonesia. Ia meyakini, pembangunan ekonomi hijau akan mengantarkan negeri ini menuju Indonesia Emas 2045.

“Kami berkomitmen mendukung perwujudan visi Indonesia Emas 2045 melalui pembiayaan berkelanjutan,” katanya dalam kegiatan HSBC Summit 2023 bertajuk Navigating Indonesia’s Path: Insight For Today, Visions For Tomorrow yang digelar di The St. Regis Jakarta, Jakarta, pertengahan Oktober lalu.

Pembangunan ekonomi hijau diyakini bisa mengeluarkan Indonesia dari jebakan negara berpendapatan menengah sebelum tahun 2045. Selain meningkatkan pendapatan per kapita, pembangunan ekonomi hijau juga memberi kontribusi signifikan bagi kelestarian lingkungan, efisiensi sumber daya, serta keadilan sosial.

Berdasarkan Laporan Green Economy Index 2022 yang dikeluarkan Bappenas, pembangunan ekonomi hijau akan memberikan beberapa manfaat bagi Indonesia seperti penurunan intensitas emisi hingga 68 persen, pertumbuhan produk domestik bruto rata-rata 6,1-6,5 persen per tahun, hingga menciptakan 1,8 juta lapangan kerja hijau (green jobs).

“Kami percaya ada tiga pilar yang akan mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia, salah satu pilarnya adalah ekonomi berkelanjutan. Dan HSBC memiliki komitmen kuat untuk mendukung pilar tersebut,” paparnya.

Francois memandang pemerintah Indonesia memiliki komitmen kuat untuk bersama dengan sektor swasta mengakselerasi ekonomi hijau di Tanah Air. Pemerintah Indonesia telah menghasilkan berbagai instrumen kebijakan, taksonomi hijau, dan membuka peluang kemitraan dengan berbagai pihak terkait akses pembiayaan berkelanjutan.

Selain itu, pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk menurunkan emisi karbon 29 persen pada tahun 2030, peningkatan porsi penggunaan energi baru dan terbarukan dalam bauran energi nasional, dan target mencapai nol emisi (net zero emission) pada tahun 2060.

“Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai macam inisiatif reformasi,” tegasnya.

Bagi negara besar dengan wilayah luas seperti Indonesia, transisi menuju nol emisi bersih tentu bukan perkara mudah. Sejak awal perlu dipastikan bahwa transisi hijau berjalan adil dan inklusif dengan mempertimbangkan aspek ekonomi dan sosial. Selain itu, perlu dukungan dan kolaborasi semua pihak mulai dari pemerintah, lembaga keuangan, hingga pelaku industri.

Bappenas melaporkan pembiayaan pembangunan rendah karbon di Indonesia setidaknya membutuhkan dana sekitar Rp1.000 triliun per tahun. Kemampuan APBN pemerintah Indonesia tidak mencukupi untuk pembiayaan itu sehingga perlu dukungan dari lembaga keuangan swasta dan pembiayaan internasional.

“Ada banyak peluang pembiayaan berkelanjutan di Indonesia seperti ekosistem kendaraan listrik,” tuturnya.

Francois kembali menegaskan HSBC Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mendorong berbagai sektor usaha dalam bertransisi ke sektor ekonomi hijau. HSBC Indonesia terus berupaya mendorong penyaluran keuangan berkelanjutan dan menyasar kepada sektor-sektor usaha penghasil emisi guna membantu kesuksesan program transisi menuju dekarbonisasi.

“Kita berkomitmen mendukung operasi bisnis di Indonesia yang lebih hijau dan lebih bersih,” tegasnya.

Mengakselerasi Ekonomi Hijau

Head of Sustainability Asia Pacific-HSBC Commercial Banking, Sunil Veetil, menjelaskan komitmen HSBC Indonesia untuk mengakselerasi ekonomi hijau di Tanah Air telah diwujudkan dalam berbagai macam proyek kemitraan pembiayaan berkelanjutan. Salah satunya adalah keterlibatan aktif HSBC dalam Just Energy Transition Partnership (JETP) yang diharapkan dapat mempercepat tujuan nol emisi pemerintah Indonesia.

“Kita berpartner dengan JETP dalam beberapa transaksi strategis termasuk project-project yang bertujuan untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara lebih awal,” katanya dalam kegiatan HSBC Summit 2023.

Sunil Veetil menambahkan, HSBC Indonesia mencatat beberapa pencapaian di level korporat seperti memperoleh mandat sebagai joint bookrunner dan international selling agent dalam proses penawaran perdana saham (IPO) PT Pertamina Geothermal Energy Tbk hingga menyalurkan pinjaman berjangka hijau (green term loan) kepada PT Blue Bird Tbk dan anak perusahaan untuk mengakuisisi kendaraan listrik.

Ia menambahkan, HSBC Indonesia juga berkontribusi mendukung operasi bisnis perusahaan yang lebih bersih dan efisien. Salah satunya adalah penyaluran pinjaman berjangka hijau kepada PT Indo-Rama Synthetics Tbk untuk mengurangi konsumsi energi melalui instalasi mesin-mesin baru dengan teknologi dan penggunaan energi yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

“Indo-Rama sukses mentransformasi mesin-mesin tekstil mereka menjadi lebih efisien dan hemat energi,” tuturnya.

Upaya HSBC Indonesia dalam mengakselerasi ekonomi hijau melalui pembiayaan berkelanjutan tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada beberapa tantangan yang dihadapi seperti gap antara ketersediaan dan penawaran hingga perangkat pengukuran usaha berkelanjutan.

Meski demikian, Sunil memastikan HSBC Indonesia tetap optimis dan berkomitmen kuat membantu para nasabah memperoleh akses pembiayaan berkelanjutan.

“Saya sangat optimis Indonesia mampu mewujudkan berbagai peluang ekonomi hijau yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat hidup masyarakat Indonesia,” tegasnya.

Komitmen HSBC Indonesia tersebut mendapat apresiasi positif dari The Prakarsa sebagai bank dengan peringkat pertama dalam aspek implementasi keuangan berkelanjutan di Indonesia. Apresiasi tersebut dibukukan dalam Laporan Pemeringkatan Bank 2022: Mengukur Kemajuan Kebijakan Keuangan Berkelanjutan Perbankan di Indonesia yang dirilis oleh The Prakarsa pada September 2023 lalu.

Apresiasi Positif

Peneliti The Prakarsa, Dwi Rahayu Ningrum, mengakui apabila HSBC Indonesia memiliki komitmen kuat dalam meningkatkan sensitivitas kebijakan pemberian pinjaman atau investasi terkait aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola.

Ia menambahkan, HSBC Indonesia juga berkomitmen dalam mengurangi dampak iklim dalam kegiatan operasional perusahaan. Ia memuji komitmen HSBC Indonesia untuk tidak memberikan dukungan pembiayaan pada pembangkit listrik batu bara baru dan menghentikan secara bertahap pinjaman dalam proyek tersebut demi mempercepat pencapaian target nol emisi di Indonesia.

“HSBC Indonesia berada pada peringkat satu dari 11 bank yang dilakukan penilaian. HSBC sudah cukup maju untuk kebijakan terkait perubahan iklim,” katanya dalam diskusi publik secara virtual yang diadakan pada pertengahan September 2023.

Terkait penerapan keuangan berkelanjutan, ia melaporkan apabila HSBC terdaftar dalam beberapa standar internasional, antara lain Equator Principles pada project finance; IFC environmental, health, and safety guidelines pada project finance; IFC performance standards pada project finance; OECD guidelines for multinational enterprises pada corporate credits dan project finance; serta UN Global Compact pada proprietary assets dan asset management.

Secara grup, HSBC mencatatkan pembiayaan berkelanjutan mencapai USD126,7 miliar sejak 1 januari 2020 hingga 2021. Selain itu, HSBC Group berkomitmen untuk memfasilitasi pembiayaan berkelanjutan antara USD750 miliar dan USD1 triliun dana bentuk keuangan dan investasi berkelanjutan pada tahun 2030.

“Target keuangan berkelanjutan HSBC mencakup pembiayaan infrastruktur dan sistem energi yang berkelanjutan, mendorong upaya dekarbonisasi di seluruh ekonomi riil, dan meningkatkan modal investor melalui investasi berkelanjutan,” lapornya.

Ia mengapresiasi HSBC Indonesia yang mendorong perusahaan atau nasabah untuk memiliki rencana transisi atau dekarbonisasi dan penghentian energi tak ramah lingkungan secara bertahap. 

“Perlu diakui, HSBC telah menetapkan target emisi yang dibiayai serta melakukan pelaporan iklim sesuai Task Force on Climate-related Financial Disclosures (TCFD),” pungkasnya.

Penulis: Cahyo Prayogo

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: