Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

DPR: Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Nggak Cukup Atasi Keperkasaan Dolar AS

DPR: Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Nggak Cukup Atasi Keperkasaan Dolar AS Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Fathan Subchi menilai kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI 7-Day Reverse Repo Rate) tak semata-mata menjadi jalan keluar untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mengembalikan kejayaan Rupiah. Pemerintah harus lebih waspada terhadap kondisi melemahnya nilai tukar Rupiah.

Untuk diketahui, guna menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, BI telah menaikan Suku Bunga Acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen dari yang sebelumnya 5,75 persen pada pertengahan oktober silam. Sejalan dengan itu, BI juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75%. Baca Juga: Jagain Nilai Tukar Rupiah, Begini Jurus Pamungkas BI

“Memang kemarin sudah hampir mendekati Rp15.800 lah. Situasi global lagi tidak baik-baik saja, oleh karena itu saya kira pemerintah sudah harus mewaspadai beberapa dampak dari Pelemahan rupiah ini. Walaupun Bu menteri bahasanya bukan Rupiah yang melemah tapi Dolar yang menguat tapi itu hanya eufimisme aja,” ujar Politisi Fraksi PKB tersebut seperti yang dikutip laman dpr.go.id di Jakarta, Sabtu (4/11/2023).

Fathan menegaskan perlu adanya mitigasi risiko yang nyata di masyarakat agar menjadi bantalan sosial. Sehingga, menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah memberikan dampak pada daya beli masyarakat. Meskipun terjadi pelemahan rupiah, ia tetap optimistis target pertumbuhan ekonomi akan tetap tercapai di angka 5% pada akhir tahun ini. 

“Menurut saya saya walaupun Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga (menjadi) 6 persen, saya kira harus ada mitigasi-mitigasi risiko, bantalan sosial sehingga tidak berdampak pada daya beli masyarakat. Saya yakin, optimis pertumbuhan ekonomi masih di atas 5 persen,” katanya.

Di tengah ketidakpastian global selama tahun 2023 yang berdampak pada fluktuasi nilai mata uang, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II masih mencapai 5,03 persen (YoY). Dilansir dari Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2023 yang diterbitkan Bank Indonesia, perekonomian Indonesia diperkirakan tetap tumbuh baik dan berdaya tahan terhadap dampak rambatan global. 

Pada triwulan III 2023, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi swasta, termasuk konsumsi generasi muda, yang meningkat sejalan peningkatan konsumsi di sektor jasa dan keyakinan konsumen yang masih tinggi. Baca Juga: Bertabur Rapor Hijau, Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Perkasa di Angka Rp15.774 per Dolar AS

Meski begitu, pemerintah diharap tetap waspada lantaran pada triwulan IV mulai muncul fenomena-fenomena yang berpotensi memberikan dampak pada perekonomian seperti konflik Palestina-Israel, nilai tukar rupiah pada dolar yang terdepresiasi hingga fenomena alam El Nino yang disinyalir baru mereda di awal tahun depan.

Asal tahu saja, berdasarkan data BI pada Kamis (2/11/2023), nilai tukar Rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.850 per dolar AS. Sementara itu, pada Jumat (3/11/2023), nilai tukar Rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.825 per dolar AS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: