Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Butuh Regenerasi, Ekosistem Sawit Rakyat Turut Perlu Diperhatikan Jokowi

Butuh Regenerasi, Ekosistem Sawit Rakyat Turut Perlu Diperhatikan Jokowi Kredit Foto: Antara/Makna Zaezar

Misalnya, lanjut dia, melalui kemajuan teknologi informasi dan digitalisasi, pengelolaan kebun di masa depan bisa terjadi pergeseran. Di Malaysia, contoh dia, sekarang terjadi kesulitan dalam memperoleh tenaga kerja. 

“Tenaga kerja menjadi sangat mahal apalagi beberapa waktu yang lalu terdampak covid, banyak sekali tenaga dari luar negeri yang di pulangkan dari Malaysia dan saya kira kesulitan tenaga kerja seperti yang di Malaysia ini juga akan terjadi di Indonesia karena pergeseran nilai tadi,” jelas dia. 

Baca Juga: Sawit dalam Kesejahteraan Nasional: Transformasi Melalui Hilirisasi dan Kolaborasi

Menurut Darmono, apabila kaum milenial sudah tidak mau lagi kerja kasar di perkebunan, solusinya tentu ke depan adalah mengembangkan teknologi mekanisasi aplikasi. 

“Saya kira itu yang perlu dilakukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang di kebun karena ada pekerjaan pemupukan, pemanenan, pekerjaan pengangkutan buah, yang semua adalah pekerjaan-pekerjaan yang berat. Kemudian mereka melihat kerjaan itu tentunya tidak tertarik tapi ini merupakan solusi yang harus kita lakukan, melakukan mekanisasi ke depan, digitalisasi, kemudian implementasi penggunaan teknologi,” lanjut dia. 

Seperti yang diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 14,99 juta hektar pada 2022. Jumlah ini meningkat 2,49% dari tahun sebelumnya. 

Dari luasan lahan dan besarnya Industri kelapa sawit, sektor ini mampu menyediakan lapangan pekerjaan 16 juta tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung. Guna memastikan keberlangsungan sektor sawit RI, SDM Unggul yang terlibat berperan besar dalam mencapai sasaran-sasaran strategis terutama untuk peningkatan kompetensi dan kapasitas pekebun.

Sawit Berkelanjutan

Dengan adanya mekanisasi aplikasi, kata Darmono, cita-cita mewujudkan sawit yang berkelanjutan dari hulu ke hilir tentu akan tercapai. Sekarang, teknologi maju sudah di terapakn di program-program industri hilir kelapa sawit. 

Baca Juga: BPDPKS Raih Award Kemitraan UKMK dan Petani Sawit Milenial dari Aspekpir

“Memang yang timpang adalah penerapan teknologi atau mekanisasi di perkebunan, sebagai contuh untuk menghadapi permasalahan elnino yang sering sekali kita hadapi 5 tahun sekali, itu sebetulnya tidak bisa kita lakukan tanpa mekanisasi karena mitigasi elnino itu terkait erat dengan pengelolaan lahan itu, jadi pengelolaan lahan kebun itu harus dilakukan dengan mekanisasi,” tandas dia.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: