Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hadiri Haul Ponpes Sembilangan, Gus Maksum: Hanya Pasangan AMIN yang Benar-benar Santri

Hadiri Haul Ponpes Sembilangan, Gus Maksum: Hanya Pasangan AMIN yang Benar-benar Santri Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Surabaya -

Sebuah mobil berisikan seorang santri dan seorang kiai berpengaruh di Jawa Timur meluncur dari Tuban menuju Madura, Jawa Timur, Minggu 10 Desember 2023. 

KH Maksum Faqih, ulama karismatik Nahdlatul Ulama (NU), putra almarhum KH Abdullah Faqih, pengasuh sekaligus penerus Pondok Pesantren Langitan, Widang, Tuban, Jawa Timur, yang juga Co-Captain Timnas Pemenangan Capres Anies Baswedan dan Cawapres Gus Muhaimin Iskandar atau AMIN menghadiri Haul ke-140 Masyayikh Pondok Pesantren Sembilangan, Bangkalan, Madura.

“Saya membawa salam dan pesan dari  Pak Anies. Saya hadir di sini diminta Pak Anies mewakili beliau di mana saya juga masuk dalam Timnas AMIN,” terang KH Maksum Faqih, Minggu (10/12/2023). Baca Juga: TKN Prabowo-Gibran Akui Program Makan Siang Gratis Lanjutkan Program Anies Baswedan 

Menurut Gus Maksum, Pesantren Sembilangan termasuk pesantren keramat di Bangkalan. Berusia sekitar 200-an tahun, lebih tua usianya dibanding Indonesia.

“Bermula dari keraton Cakraningrat IV dan berubah fungsi menjadi pondok pesantren pada masa periode menantu Cakraningrat IV, Kyai Abdul Karim. Dalam konteks sosial, ini seperti bunuh diri kelas, tetapi dalam konteks historis justru meningkatkan kualitas jalan sejarah yang ditempuh. Bukan hanya mengelola urusan dunia, tetapi juga ukhrawi. Yang datang ke pondok ini bukan hanya meminta arahan terkait urusan keseharian, tetapi juga meminta petunjuk tentang ibadah dan hal-hal tentang keterkaitannya dengan Allah Swt,” papar dia.

Gus Maksum mengemukakan, memasuki periode kemerdekaan Indonesia, santri dan kiai di Pesantren Sembilangan ikut turun tangan membela negeri. “Mewakafkan nyawa, harta, ilmu, raga. Mereka tidak berpikir tentang akan mendapatkan apa dan akan menjadi apa di Indonesia merdeka, yang mereka lakukan adalah membela Tanah Air. Hubbul wathan minal iman,” terangnya.

Bahkan, kalau ditarik lurus ke belakang, ujar Gus Maksum, para santri dan kiai terus bertekad menegakkan keadilan di negeri ini. “Kita lihat pada periode Pangeran Diponegoro dan kemudian salah satu laskarnya bernama Kiai Muhammad Nur mendirikan Pondok Pesantren Langitan yang menjaga semangat menghadirkan keadilan. Lalu Mbah Hasyim Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad,” tandasnya.

Namun, ketika Indonesia sudah merdeka, lanjut Gus Maksum, belum ada tokoh yang benar-benar mewakili kalangan santri dan pesantren dan benar-benar memperjuangkan agenda-agenda kebutuhan santri dan pesantren. “Kita hanya diminta menjadi pendorong mobil mogok. Ketika mobil sudah jalan, kita ditinggal. Allahu yarham Gus Dur pernah menggambarkan pesantren sebagai subkultur, untuk memberikan pesan bahwa pesantren itu bukan menjadi tujuan penting dan utama dalam berbagai pembangunan di Indonesia,” jelas Gus Maksum.

“Ke depan, kita membutuhkan pemimpin di level nasional, Presiden dan Wakil Presiden, yang memang benar-benar mengerti kebutuhan santri dan pesantren, sehingga benar-benar memberikan keberpihakan. Saat ini hanya pasangan AMIN yang benar-benar santri. Keduanya adalah santri. Pak Anies santri Pondok Pesantren Pabelan, Magelang; Gus Muhaimin cucu muassis NU, Mbah Bisri Syansuri. AMIN menjadikan santri sebagai fa'il, bukan maf'ul,” lanjut dia. 

Kalau kita baca visi-misi, imbuh Gus Maksum, yang paling lengkap dan punya perspektif tentang santri/pesantren ya hanya pasangan Anies-Muhaimin. Baca Juga: Anies: Pembangunan Ekonomi dan Ekologi Mesti Beriringan

“Baru di era Pak Anies Baswedan menjadi gubernur ada beasiswa pendidikan untuk santri dan siswa madrasah di Jakarta. Pak Anies benar-benar memikirkan dan memperjuangkan kebutuhan santri di Jakarta. Baru di era Pak Anies juga kebutuhan-kebutuhan mendasar warga Nahdliyin di Jakarta seperti pengurusan sertifikat untuk mushola atau masjid milik NU mendapatkan kemudahan,” jelas Gus Maksum di hadapan para kiai Madura dan ribuan jamaah yang hadir.

Rekam jejak Gus Imin dalam memperjuangkan isu santri juga kita bisa lihat, mulai dari mendorong terjadinya Hari Santri, sampai pendampingan di DPR tentang UU Pesantren dan Dana Abadi Pesantren. Dana Abadi Pesantren itu yang mengawal Gus Imin di parlemen.

“Yang terpenting, AMIN memberikan program konkret ke pesantren dan alumni pesantren dengan penyetaraan pendidikan pesantren, sehingga ijazah pesantren bisa menjadi syarat masuk kuliah perguruan tinggi. Bahkan, ijazah Ma’had Aly bisa menjadi syarat untuk daftar sebagai pegawai negeri. Melihat regulasi terkait pesantren, pesantren masih belum diakui sebagai pendidikan formal. AMIN memastikan tidak ada diskriminasi tersebut,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: