Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Video Gibran bin Jokowi Soal Makan dan Susu Gratis 400 Juta Anak Direkayasa: 'Videonya Dipotong!'

Video Gibran bin Jokowi Soal Makan dan Susu Gratis 400 Juta Anak Direkayasa: 'Videonya Dipotong!' Calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka (tengah) mendengarkan pertanyaan santri saat mengunjungi Pondok Pesantren Asshidiqiyah Tangerang, Banten, Senin (4/12/2023). Dalam kunjungan tersebut Gibran mengajak para santri mengikuti perkembangan teknologi agar siap menghadapi revolusi industri 5.0. | Kredit Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Warta Ekonomi, Jakarta -

Juru bicara cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, Arumi Bachsin menyesalkan beredarnya video pernyataan Gibran yang direkayasa oleh pihak tak bertanggungjawab soal program makan siang atau susu gratis yang kemudian viral di media sosial. 

Arumi mengatakan, video tersebut dipotong sehingga Gibran terkesan memberikan data yang salah mengenai jumlah anak di Indonesia yang menimbulkan salah persepsi di mata masyarakat.

“Padahal yang dimaksud mas Gibran adalah jumlah anak dari sekitar 70 negara yang sudah pernah menerima manfaat program makan siang atau susu gratis,” jelas Arumi dalam keterangan tertulis yang diterima, Minggu (17/12/2023). 

Arumi mengatakan, berdasarkan data 400 juta anak tersebut diperoleh dari United Nations World Food Program. 

Baca Juga: Mahfud MD Disebut Bakal Alami Kesulitan Lawan Gibran bin Jokowi di Debat: 'Anak Buah Bapaknya'

"Bagian penjelasan mengenai 400 juta anak di sekitar 70 negara dipotong," ujarnya. 

Arumi berharap  agar ajang pilpres 2024 bisa dijadikan sarana edukasi politik bagi masyarakat. Oleh karena itu berita bohong (hoaks) dan kampanye hitam bisa dihindari. 

Meski begitu, ia memaklumi bahwa kritik merupakan hal yang lumrah dalam kampanye pilpres, namun dia tidak membenarkan terkait rekayasa untuk menjatuhkan lawan politiknya.

“Ada yang bilang ini istilahnya spin doctor. Pernyataan seseorang dipenggal lalu ditambahkan narasi melalui caption, seakan-akan pernyataan itu salah, padahal jika dikutip lengkap tanpa dipotong-potong, faktanya sangat berbeda. Kemudian ini diviralkan melalui media sosial, bahkan mereka yang latar belakangnya akademis juga bisa terkecoh loh. Cukup banyak kenalan kami di dunia kerja yang sempat menanyakan video tersebut, dan setelah menerima penjelasan bahwa itu video yang dipotong-potong, mereka langsung memahami," ucapnya. 

Baca Juga: Anies Baswedan Tegaskan Ibu Hamil Tidak Perlu Asam Sulfat: Asam Folat, Carinya Jangan di Bengkel

Menurutnya,  berdasarkan studi World Food Program dari PBB, program makan siang di sekolah sudah dilakukan di sekitar 70 negara dan telah membantu 418 juta anak, di antaranya di India yang menjangkau 120 juta anak, serta untuk negara ASEAN yang menerapkan program serupa ada di Malaysia, Filipina, Kamboja dan Thailand. 

“Monggo bisa dicek di website wfp.org, ada namanya program school meals, dan Koalisi Makan di Sekolah atau School Meals Coalition yang telah diikuti 76 negara sebagaimana dicantumkan di laporan State of School Feeding 2022 Report," ungkapnya. 

Sebelumnya, beredar potongan video Gibran di media sosial yang seolah-olah menjelaskan bahwa program susu gratis sudah dinikmati 400 juta anak. 

Dimana, video potongan tersebut kemudian ditambahkan narasi seolah-olah pernyataan Gibran tersebut tidak sesuai dengan jumlah penduduk Indonesia.

Baca Juga: Gagasan Penegakkan Hukum Anies Baswedan di Debat Pertama Nggak Main-main, Begini Penjelasan Peneliti, Simak!

Video Gibran tersebut diambil saat acara konsolidasi di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Minggu (10/12). Dalam video lengkapnya, Gibran tengah menjelaskan bahwa program susu gratis sudah ada di 76 negara dan dirasakan oleh 400 juta anak-anak. Sehingga konteksnya bukan cuma Indonesia.

“Bapak-Ibu harus tahu program makan siang gratis dan susu gratis ini sudah ada di 76 negara dan sudah dirasakan manfaatnya oleh lebih dari 400 juta anak, jadi ini bukan program yang mengada-ada,” ucap Gibran.

"Jadi ke depan, untuk menuju Indonesia emas harus kita siapkan juga generasi emasnya, anak-anak yang sehat, pintar. Itu kuncinya," sambungnya

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Bayu Muhardianto

Advertisement

Bagikan Artikel: