Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertamina Gandeng KNOC untuk Jajaki Pengembangan Rig-to-CCS

Pertamina Gandeng KNOC untuk Jajaki Pengembangan Rig-to-CCS Kredit Foto: Pertamina
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina (Persero) jajaki kerja sama pengembangan Rig to CCS (Carbon Capture Storage) dengan Korea National Oil Corporation (KNOC). 

Rig-to-CCS merupakan inisiatif pengembangan teknologi untuk memanfaatkan anjungan lepas pantai (offshore platform) migas yang sudah tidak dimanfaatkan lagi menjadi fasilitas CCS. 

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan kerja sama pengembangan Rig-to-CCS merupakan komitmen Pertamina mengurangi emisi dan mendukung target pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.

“Saya sangat mengapresiasi kerja sama ini. Selain untuk memperkaya kajian CCS, kerja sama ini juga membantu menyelesaikan masalah Indonesia pada Abandonment and Site Restoration (ASR) anjungan lepas pantai," ujar Nicke dalam keterangan tertulis dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (10/1/2024). 

Baca Juga: Pertamina dan Sonatrach Perkuat Kerja Sama Migas dari Hulu hingga Hilir

Nicke mengatakan, ASR menjadi tantangan tersendiri dengan banyaknya jumlah anjungan migas lepas pantai yang kini tidak lagi digunakan setelah produksi migas berakhir, setelah puluhan tahun digunakan. 

“Biaya ASR atau decommissioning secara konvensional sangat mahal sehingga dibutuhkan solusi alternatif ASR terutama pemanfaatan ulang agar pelaksanaan ASR anjungan lepas pantai tersebut dapat dilaksanakan secara bertahap dan efisien,” ujarnya. 

Senior Vice President Research and Technology Innovation Pertamina Oki Muraza menambahkan selain Rig-to-CCS, kerja sama dengan KNOC dapat juga berkembang kepada pengembangan teknologi di bisnis rendah karbon (Low Carbon Business) lainnya. 

Baca Juga: Pertamina Terima Dana Kompensasi Rp132,44 Triliun dari Pemerintah

“Kerja sama bisa diperluas untuk pengembangan Rig-to-Wind Farm, Rig-to-Fish-Farm (budidaya perikanan lepas pantai), dan juga Rig-to-LNG-Terminal, untuk membawa gas bumi ke lokasi yang belum terjangkau fasilitas energi,” ujar Oki.

Disisi lain, Vice President Corporate Communication Fadjar Djoko Santoso mengatakan Indonesia memiliki potensi kapasitas penyimpanan CO2 cukup besar sehingga bisa menempatkan Indonesia berdiri di garis depan era industri hijau. 

“Indonesia merupakan pelopor di ASEAN dalam penerapan regulasi CCS dan berperingkat pertama di Asia menurut Global CCS Institute. Pengembangan CCS memerlukan investasi besar sehingga diperlukan kerja sama global,” ujar Fadjar. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: