Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bijak Memilih Penerus Jokowi, Pengamat: Masa Mau Ditipu Terus?

Bijak Memilih Penerus Jokowi, Pengamat: Masa Mau Ditipu Terus? Bersama istri Iriana, Capres petahana Joko Widodo (Jokowi) nyoblos di TPS 008 Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (17/4/2019) | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat Kebijakan dan Bisnis Nur Iswan kembali buka suara terkait dengan pesta demokrasi dari Pilpres 2024. Dirinya mengatakan, masyarakat harus memiliki pemimpin baru berdasarkan karakter, kematangan, rekam jejak dan gagasan kebijakan yang ditawarkannya untuk Indonesia.

“Untungnya rakyat kita itu tangguh. Sabar luar biasa. Daya tahannya mengagumkan. Padahal, sudah sering tertipu oleh pemimpinnya. Masa mau tertipu terus?” kata Iswan, Jumat (12/1).

Baca Juga: Ungkit Sejarah Islam, Anies Buka Suara Terkait Kampanye di Sibolga

Pilpres kali ini, urai Iswan, merupakan episode ke sekian kalinya tentang apakah rakyat Indonesia dan elitenya sudah siap dalam memilih pemimpin terbaiknya. Pemimpin yang baik dan berani bersikap benar serta adil.

“Dalam pandangan saya, Pemimpin terbaik yang harus dipilih adalah Pemimpin yang siap dan mau melayani, santun dan mengayomi. Ia juga wajib memiliki kematangan karena tempaan pengalaman, cepat menguasai masalah dan solusinya. Tegas dan berani untuk bersikap benar serta adil sejak dalam pikiran maupun hati,” ungkapnya.

Kita semua, ungkap Iswan, oleh mekanisme yang ada hanya disodorkan tiga pilihan ini yakin Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.

“Gunakanlah hak pilih. Jernihlah dan berdaulatlah dalam memilih. Pilihlah dengan parameter yang saya sebutkan tadi. Jangan karena kasihan. Jangan karena diorkestrasi tangisan para influencer, terus mudah terpengaruh dan jatuh simpati” tegas alumni School of Public Policy and Administration, Carleton University.

Baca Juga: Jokowi Puji Alutsista Buatan Indonesia Di Hadapan Menhan Filipina

Salah satu yang harus diwaspadai dalam demokrasi mutakhir, ungkap Iswan, adalah parade pencitraan, kabar bohong dan gimmick.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: