Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ngaji.ai, Cara Baru Belajar Mengaji di Era Digital

Ngaji.ai, Cara Baru Belajar Mengaji di Era Digital Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) saat ini berlangsung secara masif. Kerap dimanfaatkan sebagai metode pembelajaran efektif, teknologi ini salah satunya dipakai untuk belajar bahasa.

Di Indonesia, metode yang sama mulai diterapkan juga untuk pembelajaran mengaji.

Meski tak umum, belajar mengaji memanfaatkan AI bisa jadi lebih efektif dan efisien. Dengan AI, kegiatan belajar mengaji yang umumnya mewajibkan pendampingan guru secara langsung atau tatap muka, kini bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun.

Tak dapat dipungkiri, sebagian orang menganggap bahwa belajar mengaji cukup rumit dan memiliki tantangannya sendiri. Untuk mengaji dengan tepat dan baik, para pemula harus memahami sejumlah hal, mulai dari pengenalan huruf hijaiyah, tanda baca, hingga tajwid. Mereka juga perlu berlatih secara rutin didampingi guru agar bacaan mengaji menjadi lancar.

Sayangnya, tak semua orang memiliki kesempatan belajar mengaji dengan guru. Inilah alasan, meski beragama Islam, tak semua muslim bisa mengaji secara baik dan benar. Bahkan, fakta yang dikemukakan Ketua Yayasan Indonesia Mengaji Komjen Pol Syafruddin pada 2021 cukup mengejutkan. Ia menyebut, 65 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak bisa membaca Al-Qur'an.

Dalam lingkup yang lebih kecil, data serupa juga ditemukan mantan Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc yang kini menjadi Co-founder ngaji.ai—aplikasi belajar mengaji berbasis AI.

Ia berkisah, pada 2021, dosen agama pada kampus yang dinaunginya itu mendapati bahwa lebih dari 60 persen mahasiswa baru tak bisa mengaji.

Atas dasar keprihatinan sekaligus kepedulian terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang terus menjadi isu krusial di tanah air, Sutarto pun menginisiasi ngaji.ai.

Baca Juga: Para CEO Ini Berhasil Bawa Perusahaan Tumbuh di Tengah Terjangan Disrupsi Teknologi

Cerita di balik ngaji.ai

Sebelum akhirnya diluncurkan, ide membangun aplikasi dilakukan Sutarto dengan rencana yang matang.

“Hal terpenting, pembelajaran mengaji meski tanpa guru harus tetap berkualitas dan akurat,” ujarnya mengenang awal rencana membangun aplikasi.

Adapun ide mengembangkan aplikasi, dipilih Sutarto, sebagai cara paling efektif karena mudah diakses lewat gadget. Ia menilai, gadget saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia.

“Melalui aplikasi, kami berharap agar pengguna dapat belajar mengaji kapan saja dan di mana saja. Bahkan, mereka bisa menyesuaikan waktunya sendiri,” tambahnya.

Untuk mewujudkan ide tersebut, Sutarto mulai mencari mitra yang dapat bersama-sama membangun aplikasi. Karena sebelumnya ia sempat menginisiasi program peningkatan bahasa Inggris bagi mahasiswa ULM bekerja sama dengan PT Novo Indonesia Belajar (Vokal.ai), hal yang sama terpikirkan saat ia ingin mewujudkan aplikasi belajar mengaji.

“Saya percaya bahwa Vokal.ai merupakan mitra ideal untuk membangun aplikasi ini. Mereka memiliki teknologi unik dan teruji”, terang Sutarto.

CEO Vokal.ai Martijn Enter mengaku antusias saat Sutarto menemuinya dan menyampaikan keinginan untuk membangun aplikasi belajar mengaji bersama perusahaan yang dipimpinnya.

“Saya dibesarkan oleh keluarga Indonesia di Belanda, dan saya juga mendalami Pencak Silat (yang merupakan salah satu warisan budaya milik Indonesia). Bahkan, saya memiliki sekolah Pencak Silat di Belanda. Pengalaman-pengalaman tersebut membentuk kedekatan emosional saya dengan Indonesia dan mendorong saya untuk ingin membangun sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia,” ujar Martijn, yang juga adalah wirausahawan teknologi yang berpengalaman.

Dua sahabat yang juga sama-sama alumnus University of Twente tersebut semakin bersemangat dan percaya bahwa ngaji.ai bisa diterima dengan baik oleh masyarakat setelah Vokal.ai melakukan survei pada 2021. Hasil yang didapat adalah 95 persen umat Islam di Indonesia menganggap mengaji sebagai keterampilan penting.

Lalu, sebanyak 71 persen orangtua di Indonesia menginginkan agar anak-anak mereka dapat belajar mengaji dengan benar. Sayangnya, ketersediaan guru mengaji tidak dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut. Apalagi, preferensi murid bisa saja berbeda-beda.

Baca Juga: Teknologi AI Ini Dorong Omzet Bulanan Toko Online Jadi Berlipat Ganda

Lewat teknologi Automatic Speech Recognition (ASR) yang dikembangkan Vokal.ai, pengguna aplikasi akan mendapatkan umpan balik (feedback) yang akurat secara langsung terhadap cara pengucapan dan pelafalan, seolah-olah sedang belajar dengan guru di mana pun dan kapan pun.

Makin lengkap karena ngaji.ai juga menyediakan materi beragam dan berjenjang agar pengguna dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Di dalamnya juga tersedia berbagai fitur.

Selain sebagai wadah belajar membaca Al Qur'an, pengguna ngaji.ai juga bisa menumbuhkan jiwa kompetitif dan pembelajaran yang sehat berkat hadirnya fitur Leaderboard, fitur Tadarus dengan audio, dan Latihan Membaca Doa.

Pembelajaran yang fun membuat kegiatan belajar mengaji menjadi tidak membosankan.

Saat ini, ngaji.ai sudah diunduh lebih dari 15.000 kali, baik lewat App Store maupun Google Playstore.

Hal ini menandakan bahwa aplikasi tersebut mendapat respons yang baik bagi pengguna. Tak hanya itu, rating yang didapat pun cukup tinggi, yakni 4,8 di Google Playstore dan 4,9 di App Store.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: