Soal Nasib Shahar, Andreas: Institusi Tidak Bisa Jadi Subjek Lapor
Kapten Kalteng Putra, Shahar Ginanjar dan rekan satu klubnya dilaporkan atas dugaan pencemaran nama baik ke polisi oleh managemen Kalteng putra, buntut postingan di media instagram soal penunggakan gaji klub Liga 2, Kalteng Putra.
Itu bermula dari tidak dibayarnya gaji selama kurun 2-3 bulan, para pemain Kalteng putra melakukan aksi mogok bertanding saat berhadapan dengan PSCS Cilacap dalam lanjutan pertandingan Liga 2 yang berlangsung 27 Januari lalu.
Kasus ini bermula dari unggahan surat pernyataan yang ditandatangani oleh sejumlah pemain Kalteng Putra di akun Instagram pada 22 Januari 2024 kemarin.
Dalam surat tersebut, para pemain menyatakan salah satunya jika manajemen klub tidak membayar gaji mereka maka mereka tidak akan melanjutkan pertandingan.
Pihak manajemen Kalteng Putra melaporkan 23 pemainnya ke Polda Kalteng dengan tuduhan melanggar Pasal 45 ayat (4) jo Pasal 27A Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Ke-23 pemain tersebut akan dipanggil pada hari Rabu, 3 Februari 2024 untuk dilakukan penyelidikan.
Shahar Ginanjar dkk lantas menunjuk Andreas Nahot Silitonga sebagai kuasa hukumnya. Andreas pun mengimbau para pemain untuk kooperatif dalam pemeriksaan di kepolisian.
"Kita akan fokus melakukan pembelaan, kita mengimbau kepada para pemain bisa kooperatif dalam pemeriksaan ini. Kami mendukung Polda Kalteng agar jelas duduk perkaranya seperti apa dan kami akan dampingi semua yang meminta bantuan kepada kami," ungkapnya di kantor Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI), Jumat (2/2).
Nahot juga meminta Polda Kalteng objektif, tidak memihak dan menjalankan semuanya secara proporsional sehingga dapat ditarik kesimpulan penyelidik atau penyidik apakah tuduhan ini benar benar sebuah tindakan pidana atau bukan.
Menurutnya, berdasarkan Surat Keputusan Bersama 3 institusi baik itu Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Kejaksaan Agung dan Polri telah memberikan Pedoman Implementasi mengenai Pasal 27 ayat 3 (sekarang Pasal 27A) terkait Pencemaran Nama Baik, di mana pelapor tidak bisa dikatakan sebagai korban jika dia bukan orang perseorangan.
"Jadi, institusi, koorporasi, profesi atau jabatan itu tidak bisa menjadi subjek laporan polisi, untuk itu kami juga akan fokus ke sana, supaya aturan ini bisa diterapkan dan bisa menjadi keseragaman, karena disitu sudah ada tanda tangan Kapolri dan sampai sekarang masih Kapolri yang sama dan seharusnya jajarannya juga mengikuti surat itu dan menjadikannya sebagai acuan," katanya.
"Ditambah lagi dalam Surat Pernyataan 28 Pemain yang dilaporkan sama sekali tidak menyebutkan mengenai berapa bulan gaji yang tertunggak yang kemudian dikatakan oleh klub hanya tertunda 15 hari" tegasnya.
Sementara itu, Shahar berharap Ketua Umum PSSI Erick Thohir membantu penyelesaian konflik tunggakan gaji yang berujung laporan polisi tersebut.
Dia meminta Erick Thohir bisa menjembatani persoalan ini. Para pemain Kalteng Putra tak ingin hal ini terjadi, tetapi situasi menuntut mereka untuk beraksi.
"Harapan saya supaya PSSI bisa menindak klub yang sudah menunggak gaji kami. Ini melanggar aturan. Kami pemain sebagai pelaku utama sepak bola tidak menginginkan hal seperti ini," kata Shahar.
"Kami juga sudah menagih hak sesuai prosedur, tetapi mereka selalu mangkir dan tidak bisa komunikasi dengan baik dengan kita. Akhirnya kita mengambil langkah," ujar Shahar menambahkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement