Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penjualan REC Meningkat Drastis, PLN Dinilai Sukses Penuhi Kebutuhan Listrik Hijau bagi Bisnis dan Industri

Penjualan REC Meningkat Drastis, PLN Dinilai Sukses Penuhi Kebutuhan Listrik Hijau bagi Bisnis dan Industri Kredit Foto: Antara/Adwit B Pramono
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif CESS (Center for Energy Security Studies) Ali Ahmudi Achyak memberikan catatan positif atas kinerja PT PLN (Persero) dalam langkah bisnis dan pelayanan yang luar biasa terkait penyediaan energi bersih menyusul meningkatnya penjualan Renewable Energy Certificate (REC) pada 2023 yang bertumbuh 101% dibanding tahun 2022.

Renewable Energy Certificate PLN semakin diminati, dan pertumbuhannya pada 2023 menjadi lebih masif. Total penggunaan REC mencapai 3,54 TWh dibandingkan dengan realisasi 2022 yang sebesar 1,76 TWh. Sejak diluncurkan pada tahun 2020 hingga akhir 2023, penjualan total REC PLN telah melebihi 5 Terrawatt hour (TWh).

“Pentingnya REC sebagai langkah dekarbonisasi, terutama di sektor industri dan bisnis, dijelaskan sebagai respons terhadap tuntutan zaman. Produk yang dihasilkan melalui energi bersih menjadi kunci daya saing industri saat ini,” katanya.

Baca Juga: PLN Kebanjiran Penghargaan Sepanjang 2023, Puskepi: Layak! Transformasi Berjalan Mulus

Diketahui, REC adalah layanan yang diberikan oleh PLN kepada pelanggan untuk memudahkan mereka memperoleh pengakuan atas penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) secara transparan, akuntabel, dan diakui secara internasional. Setiap sertifikat REC membuktikan bahwa listrik per megawatt-hour (MWh) yang digunakan berasal dari pembangkit EBT atau nonfosil.

Hingga akhir 2023, lebih dari 269 pelanggan telah memanfaatkan REC PLN, di mana sektor industri dan bisnis di wilayah Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan DKI Jakarta menjadi pengguna terbanyak.

Dia juga menjelaskan, terdapat 6 pembangkit PLN yang siap menyuplai listrik hijau untuk pelanggan REC, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang di Jawa Barat, PLTP Lahendong di Sulawesi Utara, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru di Sulawesi Selatan , PLTP Ulubelu di Lampung, PLTA Cirata di Jawa Barat dan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Lambur di Jawa Tengah.

Menurutnya, banyak hal yang telah dilakukan PLN untuk mencapai net zero emissions (NZE) pada 2060. “PLN itu sudah mengambil langkah yang luar biasa terkait transisi energi. Bahkan pada 2040, PLN sudah menargetkan 75% pembangkit mereka itu akan berubah ke energi terbarukan,” katanya kepada media. 

Baca Juga: Kendaraan Listrik Makin Menjamur, Pengamat Nilai PLN Sukses Layani Animo Masyarakat

Sebagai bukti, menurutnya, PLN sedang getol melakukan transisi energi dengan sejumlah cara antara lain dengan co-firing, menggenjot pemanfaatan gas, serta menambah kapasitas pembangkitan listrik melalui geothermal, angin dan matahari. 

“Hal itu membuat pembangkitan listrik makin hijau dan perusahaan tersebut bisa mencapai NZE dalam waktu cepat. Perlu diketahui, kosep NZE adalah menyeimbangkan penggunaan energi fosil dan nonfosil. Bukan meniadakan penggunaan energi fosil ya.”

Ali menjelaskan, PLN sudah memprogramkan antara lain dengan melakukan co-firing yang mengurangi konsumsi batubara dengan dicampur secara perlahan komposisinya dinaikkan dengan biomasa. “Biomassa kan energi baru terbarukan."

Ali menjelaskan, ada 52 pembangkit listrik dari 114 pembangkit yang yang sudah siap membangkitkan listrik dengan co-firing. “Lebih khusus lagi di Sumatera dan Jawa yang sekitar 28 pembangkit listrik.”

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: