Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BUMN Ini Kena Sorot Setelah Tiktok Akuisisi Tokopedia, Kenapa?

BUMN Ini Kena Sorot Setelah Tiktok Akuisisi Tokopedia, Kenapa? Kredit Foto: GoTo
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menyatakan bahwa perusahaan mencatatkan rugi periode berjalan pada Januari-September 2023 sebesar Rp88,05 triliun. Kerugian tersebut setelah Tokopedia diakuisisi oleh TikTok. 

Angka kerugian tersebut didapati setelah melakukan penyesuaian dan eliminasi lainnya sebesar Rp81,3 triliun. Angka penyesuaian dan eliminasi lainnya sebesar Rp81,3 triliun tersebut memasukkan pembalikan goodwill sebesar Rp76,6 triliun. Dengan hasil tersebut, rugi bersih GOTO periode berjalan dengan mengecualikan Tokopedia mencapai Rp88,05 triliun.

Ekonom sekaligus pemerhati pasar modal, Yanuar Rizky menilai, pencatatan rugi non-operasional hingga Rp 80 triliun itu membuat investasi Telkom di Goto dipertanyakan. 

“Karena Tiktok begitu dia mengambil Tokopedia, dia selisih positif. Dia mencatatkan Goodwill. Nah Goodwillnya kan dicatatkan negatif di Gojek yang melepas gitu. Yang positif kan Tiktok. Jadi tidak ada duitnya memang. Memang hanya Tiktok lebih besar dari Goodwill-nya,” kata Yanuar, Selasa (6/1/2024).

Baca Juga: Terbang Tinggi, Saham GOTO Jadi Penggerak Utama IHSG Setelah Melesat 11%

Tapi yang menjadi perhatian serius Yanuar adalah perusahaan negara (BUMN) yang membenamkan investasi di GoTo. Investasi Telkom melalui anak usahanya Telkomsel sudah sejak pra IPO GoTo. Harapannya Telkom atau Telkomsel ketiban untung saat ‘berkongsi’ lewat investasi yang ada pada GoTo.

“Waktu Telkom via Telkomsel digiring masuk di pra-IPO Goto, skemanya adalah Perusahaan Ekosistem Digital,” ujar Senior Auditor di Bursa Efek Jakarta - kini bernama Bursa Efek Indonesia (BEI).

Yanuar menambahkan. kinerja perusahaan GoTo tidak tergambarkan kepada publik seutuhnya. Bisnis sesungguhnya sejak GoTo berkeinginan melantai di bursa, urai Yanuar, seakan hanyalah bisnis jualan saham, bukan berdasarkan apa yang dibaca dari keuntungan bisnis perusahaan tersebut. 

“Kalau mainan valuasi, ya ini bisnisnya jualan saham dengan harga digoreng pakai aksi korporasi, bukan dari deviden keuntungan bisnisnya. Bisa kita uji inkonsistensi berpikirnya, waktu Pra IPO revaluasi Goodwill sesuai PSAK 22 dilakukan dengan merger Gojek dan Tokopedia, sehingga ada Goodwill,” kata dia. 

Baca Juga: Terus Kurangi Kepemilikan, Pendiri Tokopedia Kembali Lepas Saham GOTO

“Karena, setelah dimerger (Gojek - Tokopedia), sekarang dilepas lagi ke Tiktok. Dan, Tiktok lah yang dalam posisi revaluasi. Jadi, investasi Tiktok karena revaluasi lah, buktinya dilusi saham GoTo di tiktok. Jadi, ini makin menunjukan ekonomi digital yang dimaksud, adalah bisnis jualan saham bukan membangun ekosistem (digital). Dan, posisi pemegang saham GoTo dan uang BUMN Telkom via Telkomsel beli mahal ada disini dalam posisi unsecure,” ucap Yanuar. 

Sebagai informasi, kerugian Rp88,5 triliun GOTO  merupakan hasil dari laporan laba-rugi proforma. Laporan proforma itu tidak menunjukkan kinerja keuangan sesungguhnya dari Grup GoTo yang telah dilaporkan pada Oktober 2023.

Penyesuaian yang dilakukan Goto termasuk pembalikan goodwill merupakan penyesuaian akuntansi dan tidak mencerminkan kinerja bisnis GoTo sebenarnya.

Berdasarkan Investopedia, goodwill diartikan sebagai aset tak berwujud yang terkait dengan pembelian satu perusahaan oleh perusahaan lain. Adapun nilai dari nama perusahaan, reputasi merek, basis pelanggan, layanan pelanggan, hubungan karyawan, dan teknologi merupakan aspek-aspek dari goodwill.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: