Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kecelakaan Rombongan SMK Bukan karena Study Tour: 'Ini Masalah Keteledoran Perilaku Berkendara'

Kecelakaan Rombongan SMK Bukan karena Study Tour: 'Ini Masalah Keteledoran Perilaku Berkendara' Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kecelakaan rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok jadi sorotan anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS Fahmy Alaydroes.

Fahmy mengungkapkan tersebut adalah musibah yang dapat dialami oleh siapa pun dan rombongan mana pun.

Menurut Fahmy, kecelakaan tersebut tidak ada kaitannya dengan kegiatan sekolah yang sedang dilakukan tetapi karena adanya keteledoran.

“Ini tidak ada kaitannya dengan agenda atau kegiatan sekolah tersebut,” ujarnya dilansir dari laman fraksi.pks.id, Jumat (17/5/24).

“Yang jadi masalah adalah keteledoran dan kesembronoan perilaku berkendara,” tambahnya.

Fahmi menjelaskan, Study Tour, studi banding, atau bentuk dan pendekatan belajar di luar sekolah adalah kegiatan yang lumrah dan bahkan positif. Siswa mesti mendapatkan ruang dan sumber belajar yang luas dan kaya, tidak hanya sebatas ruang kelas belaka.

Baca Juga: PPN Naik Jadi 12 Persen, PKS Singgung Kenaikan Harga BBM Hingga Beras: Daya Beli Masyarakat Alami Pelemahan

Di jalan raya tingkat kematian akibat kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Masyarakat Transportasi Indonesia melaporkan bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas pada tahun 2023 mencapai 116 ribu kasus, meningkat 6,8 persen dibandingkan tahun 2022.

Karenanya Fahmy menilai kecelakaan yang terjadi bukan karena adanya study tour melainkan kelalaian dalam berkendara.

“Umumnya kecelakaan ini disebabkan oleh perilaku ugal-ugalan pengemudi, ketidaklayakan kendaraan, dan kurang tegasnya pendisiplinan serta penerapan hukum,” kata Fahmy.

Kecelakaan bus Pariwisata Putera Fajar yang membawa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok seharusnya menjadi pelajaran penting bagi kita, khususnya bagi Kementerian Perhubungan. Fahmy menyerukan agar penegakan hukum berkendaraan diperketat dan berbagai fasilitas jalan raya dilengkapi demi keselamatan dan kenyamanan warga.

“Ini termasuk mendisiplinkan para pengusaha otobus dan sopir secara tegas untuk menimbulkan efek jera,” tegasnya.

“Jangan menyalahkan sekolahnya, dan jangan memperketat kegiatan studi tournya. Jangan bersikap ‘buruk rupa, cermin dibelah’,” tambahnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto

Advertisement

Bagikan Artikel: