Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BDS Indonesia: Produk Pro Israel Tidak Masuk Daftar Boikot Bukan Berarti Tidak Boleh Diboikot

BDS Indonesia: Produk Pro Israel Tidak Masuk Daftar Boikot Bukan Berarti Tidak Boleh Diboikot Kredit Foto: Reuters/Amir Cohen
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua BDS Indonesia, organisasi pionir gerakan global boikot, divestasi dan sanksi untuk Israel, Muhammad Syauqi Hafiz, menyatakan perbedaan daftar boikot produk pro Israel di antara organisasi/penggerak gerakan boikot di level global berlatar pilihan kriteria dan prioritas atau sasaran boikot.

"BDS untuk saat ini memprioritaskan boikot atas korporasi yang terlibat langsung dalam jalannya apartheisme dan pendudukan tanah Palestina di Israel, dengan tujuan agar bisa menghentikan gerak mesin perang Israel," katanya di acara yang digagas Aqsa Working Group.

"Bagi kami tidak ada kata bermanis-manis lagi. Karena itu yang jadi prioritas boikot BDS adalah brand global semisal penyedia teknologi HP dan perusahaan investasi AXA yang terlibat langsung dalam operasi apartheid dan genosida di Palestina."

Di sisi lain, kata Syaugi, pada daftar boikot yang misalnya dirilis oleh BdNash dan sejumlah organisasi lainnya, kriteria boikot yang mereka gunakan lebih luas, mencakup perusahaan yang berinvestasi di Israel. Karena itulah, katanya, Danone masuk dalam daftar boikot tersebut. 

"Danone dan juga brand lainnya semisal KFC memang tidak masuk dalam daftar boikot BDS sejak awal. Tapi tidak masuk daftar boikot BDS bukan berarti produk tersebut haram diboikot, tidak boleh diboikot atau justru dianggap halal. Sebab kalau kita lihat Danone itu kan investasinya jelas di Israel dan mendukung perekonomian Israel," jelasnya.

Menurut Syauqi, semua penggagas gerakan boikot berjuang dengan visi yang sama, yakni mensosialisasikan gerakan boikot ke masyarakat luas, baik itu boikot dengan maksud untuk memberikan pesan isolasi pada Israel, pesan bahwa masyarakat Indonesia tak mendukung kebejatan Israel, ataupun boikot untuk menghentikan mesin perang Israel.

Dia juga bilang, gerakan boikot produk perusahaan multinasional yang terafliasi Israel sampai saat ini eksis dan hidup di tengah masyarkat dan jitu menghasilkan efek pada perekonomian Israel.

"Walaupun sekarang gaungnya relatif menurun, tapi faktanya percakapan tentang mana-mana produk pro Israel yang perlu diboikot, atau istilahnya terafiliasi Israel, masih eksis dan hidup di tengah masyarkat. Ini salah satu keberhasilan, penerimaan gerakan boikot pro Israel di tengah masyarakat merata dan meluas dan Israel jelas tersakiti karena itu," katanya.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Ikhsan Abdullah, mensinyalir sejumlah perusahaan multinasional asing yang terafiliasi Israel melakukan perlawanan balik atas gerakan boikot di berbagai negara, termasuk di Indonesia, dengan memanfaatkan ketidakseragaman daftar boikot yang beredar luas di tengah masyarakat. 

"Perlu ada kesamaan pandang soal ini, sehingga Muslimin tidak ragu mana yang harus diboikot dan mana yang tidak," katanya.

Ikhsan menyebut gerakan boikot efektif untuk menekan korporasi asing yang pro Israel. Dia menyebut MUI menerima laporan dari berbagai pihak, termasuk sejumlah pimpinan perusahaan asing di Indonesia, yang menyatakan omzet sejumlah brand ternama turun drastis 30-45% kurun tiga pekan pertama sejak merebaknya gerakan boikot.

"Kekuatan gerakan boikot ini dahsyat, tidak bisa diabaikan. Boikot bisa melumpuhkan perekonomian Israel dan Amerika, yang merupakan penyokong utama persenjataan Israel," katanya. 

Dia menjelaskan bahwa sebenarnya di Indonesia sudah ada lembaga yang secara spesifik mengeluarkan daftar boikot produk pro Israel dan ini bisa jadi rujukan kaum Muslimin.

"Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI) yang telah mengeluarkan daftar 10 produk terafiliasi Israel," katanya.

Ikhsan juga menceritakan gerakan boikot berhasil memberi efek positif pada perekonomian Indonesia. Sejak boikot menggelora pada Oktober 2023, dia bilang banyak warga Muslim yang beralih mengkonsumsi produk lokal, yang berujung pada peningkatan tajam penjualan produk makanan, minuman dan obat-obatan nasional.

"Boikot ini jihad bersama kita untuk meningkatkan produk nasional. Produk nasional yang selama ini selalu 'diawani' oleh produk nasional, seolah kualitasnya selalu kalah, akhirnya bisa unjuk gigi," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: